PEREKONOMIAN
INDONESIA
MASA
KEPEMERINTAHAN SOEKARNO
(1945-1968)
DOSEN
: IMMI FISKA

Disusun Oleh :
Kelompok : 2 (Dua)
-
Angeliga Tampubolon - Marsha Salsabila
-
Gania Noor Alfisyah - Niken Permata Sari
-
Harri Dhini Pratiwi - Devyana Setya Pratiwi
-
Lu’luatul Ma’sumah - Gustiani Pangesti
-
Novita Grace - Nadya Fachrunissa
-
Regina Olifia
-
Risna Puspita Sari
-
Sania Karaman
-
Julisna Hutagalung
Kelas : 1EB38
UNIVERSITAS GUNADARMA
ATA 2014/2015
UNIVERSITAS GUNADARMA
ATA 2014/2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Orde Lama adalah
sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia. Ir. Soekarno
adalah presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 – 1966. Ia
memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan
Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan
Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus
1945. Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang
kontroversial, yang isinya – berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar
Angkatan darat – menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan
menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan. Supersemar menjadi dasar
Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah pertanggung
jawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang
umum ke empat tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya
sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS di tahun yang sama dan mengangkat
Soeharto sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.
Orde Lama berlangsung
dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia menggunakan
bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando. Di saat
menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan
parlementer. Presiden Soekarno di gulingkan waktu Indonesia menggunakan sistem
ekonomi komando.
1.2 Rumusan Masalah
1. Sejarah (detail) kiprah politik presiden soekarno dari masa ke
masa?
2. Bagaimana pemerintahan pada masa orde lama?
3.
Bagaimana penerapan
demokrasi orde lama?
4. Apa
penyebab kondisi keadaan perekonomian negara kita sangat buruk?
5. Bagaimanamasademokrasi liberal?
6. Bagaimana
masa demokrasi terpimpin?
7. Bagaimana
masalah yang dihadapi pada masa pemerintahan soekarno?
8. Bagaimana
rencana dan kebijaksanaan ekonomi?
9. Bagaimana
pola kebijakan ekonomi orde lama?
10. Apa
saja bukti kemegahan indonesia peninggalan orde lama?
11.
ApakelebihandankekurangankepemerintahanSoekarno?
1.3 TujuanPenulisan
1.
Agar mengetahui
pemerintahan pada masa orde lama
2. Agar memahami penerapan
demokrasi orde lama
3. Supayamengetahui penyebab
kondisi keadaan perekonomian negara kita sangat buruk
4. Supayamemahamimasademokrasi liberal
5. Supayamemahamimasa demokrasi
terpimpin
6. Agar mengerti masalah yang
dihadapi pada masa pemerintahan soekarno
7. Supayamengetahuirencana dan
kebijaksanaan ekonomi
8. Supayamengetahuibukti kemegahan
indonesia peninggalan orde lama
9. SupayamemahamikelebihandankekurangankepemerintahanSoekarno?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.0Soekarno
Kiprahpolitik
Masapergerakannasional
Soekarnountukpertamakalinyamenjaditerkenalketikadiamenjadianggota Jong Java cabang Surabaya padatahun
1915.BagiSoekarnosifatorganisasitersebut yang
Jawa-sentrisdanhanyamemikirkankebudayaansajamerupakantantangantersendiri.Dalamrapatplenotahunan
yang diadakan Jong Java cabang Surabaya
Soekarnomenggemparkansidangdenganberpidatomenggunakan bahasaJawa ngoko (kasar).Sebulankemudiandiamencetuskanperdebatansengitdenganmenganjurkan
agar suratkabar Jong Java diterbitkandalam bahasaMelayu saja, danbukandalam bahasaBelanda.[20]
Padatahun 1926,
Soekarnomendirikan AlgemeneStudie
Club di Bandung yang
merupakanhasilinspirasidari IndonesischeStudie
Club oleh Dr. Soetomo.[3] Organisasiini.menjadi.cikal.bakal Partai.Nasional.Indonesia yang.didirikan.padatahun 1927.[10] AktivitasSoekarno di PNI
menyebabkannyaditangkapBelandapadatanggal 29 Desember1929 di Yogyakarta danesoknyadipindahkanke
Bandung, untukdijebloskanke Penjara.Banceuy.Pada.tahun 1930 ia.dipindahkan.ke Sukamiskin dan.pada.tahun.itu.ia.memunculkan.pledoinya.yang.fenomenal IndonesiaMenggugat (pledoi),hingga.dibebaskankembalipadatanggal 31
Desember 1931.
PadabulanJuli 1932,
SoekarnobergabungdenganPartai Indonesia (Partindo), yang merupakanpecahandari
PNI.SoekarnokembaliditangkappadabulanAgustus 1933, dandiasingkanke Flores.Di sini,
Soekarnohampirdilupakanolehtokoh-tokohnasional.Namunsemangatnyatetapmembarasepertitersiratdalamsetiapsuratnyakepadaseorang
Guru Persatuan
Islam bernama Ahmad Hasan.
SoekarnobarukembalibebaspadamasapenjajahanJepangpadatahun 1942.
MasapenjajahanJepang
PadaawalmasapenjajahanJepang
(1942-1945), pemerintahJepangsempattidakmemerhatikantokoh-tokohpergerakan
Indonesia terutamauntuk "mengamankan" keberadaannya di
Indonesia.Initerlihatpada Gerakan3A dengantokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang kurangbegitupopuler.
Namunakhirnya,
pemerintahanpendudukanJepangmemerhatikandansekaligusmemanfaatkantokoh-tokoh
Indonesia sepertiSoekarno, Mohammad
Hatta, dan lain-lain
dalamsetiaporganisasi-organisasidanlembagalembagauntukmenarikhatipenduduk
Indonesia.Disebutkandalamberbagaiorganisasiseperti JawaHokokai,
PusatTenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI,
tokohtokohsepertiSoekarno, Hatta, Ki HajarDewantara, K.H. Mas Mansyur, dan
lain-lainnyadisebut-sebutdanterlihatbegituaktif. Dan
akhirnyatokoh-tokohnasionalbekerjasamadenganpemerintahpendudukanJepanguntukmencapaikemerdekaan
Indonesia, meskiada pula yang melakukangerakanbawahtanahseperti SutanSyahrir dan Amir
Sjarifuddin karenamenganggapJepangadalahfasis
yang berbahaya.
PresidenSoekarnosendiri,
saatpidatopembukaanmenjelangpembacaanteksproklamasikemerdekaan, mengatakanbahwameskisebenarnyakitabekerjasamadenganJepangsebenarnyakitapercayadanyakinsertamengandalkankekuatansendiri.
Iaaktifdalamusahapersiapankemerdekaan
Indonesia, di antaranyaadalahmerumuskan Pancasila, UUD 1945,
dandasardasarpemerintahan Indonesia
termasukmerumuskannaskahproklamasiKemerdekaan. Iasempatdibujukuntukmenyingkirke Rengasdengklok.
Padatahun 1943,
PerdanaMenteriJepang Hideki Tojo mengundangtokoh Indonesia
yakniSoekarno, Mohammad Hatta, dan Ki
BagoesHadikoesoemokeJepangdanditerimalangsungolehKaisar Hirohito.
BahkankaisarmemberikanBintangkekaisaran (RatnaSuci) kepadatigatokoh Indonesia
tersebut.PenganugerahanBintangitumembuatpemerintahanpendudukanJepangterkejut,
karenahalituberartibahwaketigatokoh Indonesia
itudianggapkeluargaKaisarJepangsendiri.PadabulanAgustus 1945, iadiundangoleh Marsekal
Terauchi, pimpinanAngkatanDaratwilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang
kemudianmenyatakanbahwaproklamasikemerdekaan Indonesia adalahurusanrakyat
Indonesia sendiri.
Namunketerlibatannyadalambadan-badanorganisasibentukan Jepang membuatSoekarnodituduholeh Belanda bekerjasamadenganJepang, antara lain
dalamkasusromusha.
MasaPerangRevolusi
Ruang
tamu rumah persembunyian Bung Karno di.Rengasdengklok.Soekarno
bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia. Setelah sidang Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI,
Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang
terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta)
dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI,
Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Setelah menemui
Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam,
terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada.tanggal 16.Agustus 1945;.Soekarno.dan Mohammad.Hattadibujukoleh para pemuda untuk menyingkir ke
asrama pasukan Pembela Tanah Air PetaRengasdengklok..Tokoh.pemuda.yang.membujuk.antara.lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul
Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan
kemerdekaan Republik Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman
kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum
tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan menunggu
kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan lain yang berkembang adalah
Soekarno menetapkan momen tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia yakni
dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan,
bulan suci kaum muslim yang diyakini merupakan bulan turunnya wahyu pertama
kaum muslimin kepada Nabi
Muhammad SAW yakni Al Qur-an.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI
menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus
1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP. Pada tanggal 19
September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah
peristiwa Lapangan Ikada tempat 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan
pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap.
Pada saat kedatangan
Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison,
Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan pertemuan dengan
Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di
Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang
membonceng Sekutu (di bawah Inggris), meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan gugurnya Brigadir
Jenderal A.W.S
Mallaby.
Karena banyak
provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno
akhirnya memindahkan Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta.
Diikuti wakil presiden dan pejabat tinggi negara lainnya.
Kedudukan Presiden
Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala pemerintahan
dan kepala negara (presidensiil/single executive). Selama
revolusi kemerdekaan, sistem pemerintahan berubah menjadi semipresidensiil/double
executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir
sebagai Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya
maklumat wakil presiden No X, dan maklumat pemerintah bulan November 1945
tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik Indonesia dianggap
negara yang lebih demokratis.
Meski sistem
pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan, kedudukan Presiden
Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948serta saat Agresi
Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad
Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada
kenyataannya dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa
Soekarno-Hatta adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya
yang dapat menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.
Masakemerdekaan
Soekarnodan JosipBrozTito,SetelahPengakuanKedaulatan(Pemerintah Belanda menyebutkan
sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden
Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana
menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat,
yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh
rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17
Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden
Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan
Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya kedudukan Presiden
Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah
dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.
Mitos Dwitunggal
Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat di kalangan rakyat dibandingkan
terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet
yang terkenal sebagai "kabinet seumur jagung" membuat Presiden
Soekarno kurang memercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai
"penyakit kepartaian". Tak jarang, ia juga ikut turun tangan
menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh bangunnya
kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan
Udara.
Presiden Soekarno
juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya
terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih
belum merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri,
menyebabkan presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk
mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasasila
Bandung. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan
konflik akibat "bom waktu" yang ditinggalkan negara-negara barat yang
dicap masih mementingkanimperialisme dan kolonialisme,
ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang mengubah
peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia internasional dalam penyelesaian
konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip
Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal
Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan
Non Blok. Berkat jasanya itu, banyak negara Asia Afrika yang memperoleh
kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik
berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah,
yang masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula,
banyak penduduk dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila
ingat atau mengenal akan Indonesia.[butuh rujukan]
Guna menjalankan
politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden
Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin
negara. Di antaranya adalah Nikita
Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika
Serikat), Fidel
Castro (Kuba), Mao Tse
Tung (RRC).
Masa Keterpurukan
Situasi politik Indonesia menjadi tidak menentu setelah enam jenderal dibunuh dalam peristiwa yang dikenal
dengan sebutan Gerakan 30 September atau G30S pada 1965.[10][21] Pelaku sesungguhnya dari peristiwa
tersebut masih merupakan kontroversi walaupun PKI dituduh terlibat di dalamnya.[10] Kemudian massa dari KAMI (Kesatuan
Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan
aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya
meminta agar PKI dibubarkan.[21] Namun, Soekarno menolak untuk
membubarkan PKI karena bertentangan dengan pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme).[4][21] Sikap Soekarno yang menolak
membubarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik.[4][10]
Lima bulan kemudian,
dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret yang ditandatangani oleh Soekarno.[21] Isi dari surat tersebut merupakan
perintah kepada Letnan
JenderalSoeharto untuk mengambil tindakan yang perlu
guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden.[21] Surat tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang telah diangkat menjadi Panglima Angkatan
Darat untuk membubarkan PKI
dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang.[21] Kemudian MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya,
yaitu TAP No. IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP
No. XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar
untuk setiap saat menjadi presiden apabila presiden berhalangan.[22]
Soekarno kemudian
membawakan pidato pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S
pada Sidang Umum ke-IV MPRS.[21] Pidato tersebut berjudul "Nawaksara"
dan dibacakan pada 22 Juni 1966.[4] MPRS kemudian meminta Soekarno untuk
melengkapi pidato tersebut.[21] Pidato "Pelengkap Nawaskara"
pun disampaikan oleh Soekarno pada 10 Januari 1967 namun kemudian ditolak oleh MPRS pada 16
Februari tahun yang sama.[21]
Hingga akhirnya pada 20
Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat
Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana
Merdeka.[22] Dengan ditandatanganinya surat
tersebut maka Soeharto de facto menjadi kepala pemerintahan Indonesia.[22] Setelah melakukan Sidang Istimewa maka
MPRS pun mencabut kekuasaan Presiden Soekarno, mencabut gelar Pemimpin Besar
Revolusi dan mengangkat Soeharto sebagai Presiden RI hingga diselenggarakan pemilihan
umum berikutnya.[22]
Makam Presiden Soekarno
diBlitar, Jawa
Timur.Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun
sejak bulan Agustus 1965.[22] Sebelumnya,
ia telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal danpernahmenjalaniperawatandi Wina, Austria tahun 1961 dan 1964.[22] Prof.
Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar
ginjal kiri Soekarno diangkat tetapi ia menolaknya dan lebih memilih pengobatan
tradisional.[22] Ia
masih bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21
Juni 1970 di
RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakartadengan
status sebagai tahanan politik.[3][22] Jenazah
Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna
Sari Dewi.[22] Sebelum
dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan oleh
Dokter Mahar
Mardjono yang
merupakan anggota tim dokter kepresidenan.[22] Tidak
lama kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani oleh Ketua
Prof. Dr. Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr. (TNI AD) Rubiono Kertopati.[22]
Komunike medis
tersebut menyatakan hal sebagai berikut:[22]
1. Pada
hari Sabtu tanggal 20
Juni 1970 jam
20.30 keadaan kesehatan Ir. Soekarno semakin memburuk dan kesadaran
berangsur-angsur menurun.
2. Tanggal 21
Juni 1970 jam
03.50 pagi, Ir. Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam 07.00
Ir. Soekarno meninggal dunia.
3. Tim
dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Ir. Soekarno
hingga saat meninggalnya.
Walaupun Soekarno
pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor, namun
pemerintahan Presiden Soeharto memilih Kota Blitar, Jawa
Timur, sebagai tempat pemakaman Soekarno.[22] Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres
RI No. 44 tahun 1970.[22] Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar
sehari setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan
makam ibunya.[22] Upacara pemakaman Soekarno dipimpin
oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean sebagai inspektur upacara.[22] Pemerintah kemudian menetapkan masa
berkabung selama tujuh hari.[22]
Peninggalan
Dalam rangka
memperingati 100 tahun kelahiran Soekarno pada 6 Juni 2001, maka Kantor Filateli Jakarta menerbitkan prangko "100 Tahun Bung Karno".[7] Prangko yang diterbitkan merupakan
empat buah prangko berlatar belakang bendera Merah
Putih serta menampilkan
gambar diri Soekarno dari muda hingga ketika menjadi Presiden Republik
Indonesia.[7] Prangko pertama memiliki nilai nominal
Rp500 dan menampilkan potret Soekarno pada saat sekolah menengah. Yang kedua
bernilai Rp800 dan gambar Soekarno ketika masih di perguruan tinggi tahun 1920-an terpampang di
atasnya. Sementara itu, prangko yang ketiga memiliki nominal Rp900 serta
menunjukkan foto Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI. Prangko yang terakhir
memiliki gambar Soekarno ketika menjadi Presiden dan bernominal Rp1000. Keempat
prangko tersebut dirancang oleh Heri Purnomo dan dicetak sebanyak 2,5 juta set
oleh Perum Peruri.[7] Selain prangko, Divisi Filateli PT Pos
Indonesia menerbitkan juga lima macam kemasan prangko, album koleksi prangko,
empat jenis kartu pos, dua macam poster Bung Karno serta tiga desain kaus Bung
Karno.[7]
Prangko yang
menampilkan Soekarno juga diterbitkan oleh Pemerintah Kuba pada tanggal 19 Juni 2008. Prangko tersebut
menampilkan gambar Soekarno dan presiden KubaFidel
Castro.[23] Penerbitan itu bersamaan dengan ulang
tahun ke-80 Fidel Castro dan peringatan kunjungan Presiden Indonesia, Soekarno, ke Kuba
Nama Soekarno pernah
diabadikan sebagai nama sebuah gelanggang olahraga pada tahun 1958. Bangunan
tersebut, yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno,
didirikan sebagai sarana keperluan penyelenggaraan Asian
Games IV tahun 1962 di Jakarta. Pada
masa Orde Baru,
kompleks olahraga ini diubah namanya menjadi Gelora
Senayan. Tapi sesuai keputusan Presiden Abdurrahman
Wahid, Gelora Senayan kembali pada nama awalnya yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno. Hal
ini dilakukan dalam rangka mengenang jasa Bung Karno.[24]
Setelah kematiannya,
beberapa yayasan dibuat atas nama Soekarno. Dua di antaranya
adalah Yayasan Pendidikan Soekarno dan Yayasan Bung Karno. Yayasan Pendidikan
Soekarno adalah organisasi yang mencetuskan ide untuk membangun universitas dengan pemahaman yang diajarkan Bung
Karno. Yayasan ini dipimpin oleh Rachmawati Soekarnoputri, anak ke tiga
Soekarno dan Fatmawati.
Pada tahun 25 Juni 1999 Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie meresmikan Universitas Bung Karno yang secara resmi meneruskan pemikiran
Bung Karno,Nation and Character Building kepada mahasiswa-mahasiswanya.[25]
Sementara itu,
Yayasan Bung Karno memiliki tujuan untuk mengumpulkan dan melestarikan
benda-benda seni maupun nonseni kepunyaan Soekarno yang
tersebar di berbagai daerah di Indonesia.[26] Yayasan tersebut didirikan pada
tanggal 1 Juni 1978 oleh delapan putra-putri Soekarno
yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati.Soekarnoputri, Sukmawati.Soekarnoputri, Guruh.Soekarnoputra, Taufan.Soekarnoputra, Bayu.Soekarnoputra,dan Kartika.Sari.Dewi.Soekarno.[26] Pada tahun 2003, Yayasan Bung
Karno membuka stan di Arena Pekan Raya Jakarta.[7] Di stan tersebut ditampilkan video
pidato Soekarno berjudul "Indonesia Menggugat" yang disampaikan di
Gedung Landraad tahun 1930 serta foto-foto semasa Soekarno menjadi presiden.[7] Selain memperlihatkan video dan foto,
berbagai cenderamata Soekarno dijual di stan tersebut.[7] Di antaranya adalah kaus, jam emas, koin emas, CD berisi pidato Soekarno, serta kartu
pos Soekarno.[7]
Seseorang yang
bernama Soenuso Goroyo Sukarno mengaku memiliki harta benda warisan.Soekarno.[7] Soenuso.mengaku.merupakan.mantan.sersan.dari Batalyon ArtileriPertahanan
Udara Sedang.[7] Ia pernah menunjukkan benda-benda yang
dianggapnya sebagai warisan Soekarno itu kepada sejumlah wartawan di rumahnya
di Cileungsi,Bogor.[7] Benda-benda tersebut antara lain
sebuah lempengan emas kuning murni 24 karat yang terdaftar dalam register emas
JM London, emas putih
dengan cap tapal kuda JM Mathey London serta plakat logam berwarna kuning dengan tulisan ejaan
lama berupa deposito hibah.[7] Selain itu terdapat pula uang UBCN (Brasil) dan Yugoslavia serta sertifikat deposito obligasi garansi di Bank Swiss dan Bank Netherland.[7] Meskipun emas yang ditunjukkan oleh
Soenuso bersertifikat namun belum ada pakar yang memastikan keaslian dari emas
tersebut.[27]
Penghargaan
Semasa
hidupnya, Soekarno mendapatkan gelar Doktor Honoris
Causa dari 26 universitas di dalam dan luar negeri.[28] Perguruan tinggi dalam negeri yang
memberikan gelar kehormatan kepada Soekarno antara lain Universitas Gajah Mada (19 September 1951), Institut Teknologi Bandung (13 September 1962), Universitas Indonesia (2 Februari 1963), Universitas Hasanuddin (25 April 1963), Institut
Agama Islam Negeri Jakarta (2
Desember 1963), Universitas Padjadjaran (23 Desember 1964), dan Universitas
Muhammadiyah (1 Agustus 1965).[28] Sementara itu, Universitas Columbia (AmerikaSerikat), UniversitasBerlin (Jerman), UniversitasLomonosov (Rusia) dan Universitas Al-Azhar (Mesir) merupakan
beberapa universitas luar negeri yang menganugerahi Soekarno dengan gelar
Doktor Honoris Causa.[28]
Pada
bulan April 2005, Soekarno yang
sudah meninggal selama 35 tahun mendapatkan penghargaan dari Presiden Afrika
Selatan Thabo
Mbeki.[7] Penghargaan tersebut adalah
penghargaan bintang kelas satu The
Order of the Supreme Companions of OR Tambo yang diberikan dalam bentuk medali, pin, tongkat, dan lencana yang semuanya dilapisi emas.[7] Soekarno mendapatkan penghargaan
tersebut karena dinilai telah mengembangkan solidaritas internasional demi
melawan penindasan oleh negara maju serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat
Afrika Selatan dalam melawan penjajahan dan membebaskan diri dari apartheid.[7] Acara penyerahan penghargaan tersebut
dilaksanakan di Kantor Kepresidenan Union Buildings di Pretoria dan dihadiri oleh Megawati Soekarnoputri
yang mewakili ayahnya dalam menerima penghargaan.[7]
Periode menjelang Kemerdekaan RI
·
Pada 6.Agustus 1945,2.bom.tom.dijatuhkan.ke.dua.kota.diJepang, Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika
Serikat. Ini menyebabkan Jepang menyerah
kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia
untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
·
Pada 9.Agustus 1945 Soekarno,
Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan
ke Vietnam untuk
bertemu Marsekal
Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan
Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia
pada 24 Agustus.
·
Sementara itu, di
Indonesia, Sutan
Syahrir telah
mendengar berita lewat radio pada tanggal 10
Agustus 1945,
bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah
bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan
yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali
ke tanah air pada tanggal 14
Agustus 1945,
Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi
kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan
dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.
·
15
Agustus -
Jepang menyerah kepada Sekutu.
Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang
telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda.
·
Para pemuda pejuang,
termasuk Chaerul
Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah
tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16
Agustus 1945 mereka
menculik Soekarno dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian
terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok.
Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan
para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.
Malam
harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Jenderal Moichiro
Yamamoto dan bermalam di
kediaman Laksamana Muda Maeda
Tadashi. Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di
Jawa ini, Soekarno dan Hatta menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada
Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan.
·
Mengetahui bahwa
proklamasi tanpa pertumbahan darah telah tidak mungkin lagi, Soekarno, Hatta
dan anggota PPKI lainnya
malam itu juga rapat dan menyiapkan teksProklamasi yang
kemudian dibacakan pada pagi hari tanggal 17
Agustus 1945.
Tentara Pembela Tanah Air,
kelompok muda radikal, dan rakyat Jakarta mengorganisasi pertahanan di kediaman
Soekarno. Selebaran kemudian dibagi-bagikan berisi tentang pengumuman
proklamasi kemerdekaan. Adam Malik juga mengirim pesan singkat pengumuman
Proklamasi ke luar negeri.
Pasca-Kemerdekaan[
18 Agustus - PPKI membentuk sebuah pemerintahan
sementara dengan Soekarno sebagai Presiden dan Hatta sebagai Wakil Presiden.
Piagam Jakarta yang memasukkan kata "Islam" di dalam sila Pancasila,
dihilangkan dari mukadimah konstitusi yang baru.
Republik
Indonesia yang baru lahir ini terdiri 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil.
Pada 22 Agustus Jepang mengumumkan mereka menyerah di
depan umum di Jakarta. Jepang melucuti senjata mereka dan membubarkan PETA Dan
Heiho. Banyak anggota kelompok ini yang belum mendengar tentang kemerdekaan.
23 Agustus - Soekarno mengirimkan pesan radio
pertama ke seluruh negeri Indonesia. Badan Keamanan Rakyat, angkatan bersenjata
Indonesia yang pertama mulai dibentuk dari bekas anggota PETA dan Heiho.
Beberapa hari sebelumnya, beberapa batalion PETA telah diberitahu untuk
membubarkan diri.
29 Agustus - Rancangan konstitusi bentukan PPKI
yang telah diumumkan pada 18 Agustus, ditetapkan sebagai UUD 45. Soekarno
dan Hatta secara resmi diangkat menjadi Presiden dan Wakil Presiden. PPKI
kemudian berubah nama menjadi KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat).
KNIP ini adalah lembaga sementara yang bertugas sampai pemilu dilaksanakan.
Pemerintahan Republik Indonesia yang baru, Kabinet Presidensial, mulai bertugas pada 31 Agustus.
Sekutu
Sesuai.dengan perjanjian.Wina pada.tahun 1942,.bahwa.negaranegara sekutu bersepakat untuk mengembalikan
wilayah-wilayah yang kini diduduki Jepang pada pemilik koloninya masing-masing
bila Jepang berhasil diusir dari daerah pendudukannya.
Menurut
Sekutu sebagai pihak yang memenangkan Perang
Dunia II, Lord Mountbatten sebagai Komandan Tertinggi Sekutu di
Asia Tenggara adalah orang yang diserahi tanggung jawab kekuasaan atas Sumatra
dan Jawa. Tentara Australia diberi tanggung jawab terhadap Kalimantan dan
Indonesia bagian Timur.
15
September 1945, tentara
sekutu tiba di Jakarta, ia didampingi Dr Charles van der Plas, wakil Belanda pada
Sekutu. Kehadiran tentara sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland Indies Civil
Administration - pemerintahan sipil Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Dr Hubertus J van Mook.
Dampak Pendudukan Jepang Dalam
Berbagai Aspek Kehidupan Bangsa Indonesia
Aspek Politik
Kebijakan
pertama yang dilakukan Dai Nippon (大日本?)(pemerintah militer Jepang)
adalah melarang semua rapat dan kegiatan politik. Pada tanggal 20 Maret 1942, dikeluarkan
peraturan yang membubarkan semua organisasi politik dan semua bentuk
perkumpulan..Pada.tanggal 8.September 1942 dikeluarkan.UU.no..2.Jepang.mengendalikan seluruh organisasi nasional.
Selain
itu, Jepangpun melakukan propaganda untuk menarik simpati bangsa Indonesia
dengan cara:
·
Melancarkan semboyan 3A
(Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang pelindung Asia)
·
Melancarkan simpati
lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar.
·
Menarik simpati umat
Islam untuk pergi Haji
·
Menarik simpati
organisasi Islam MIAI.
·
Melancarkan politik
dumping
·
Mengajak untuk
bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional seperti: Ir. Soekarno, Drs. M. Hatta
serta Sutan Syahrir, dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari penahanan
Belanda.
Selain
propaganda, Jepang juga melakukan berbagai tindakan nyata berupa pembentukan
badan-badan kerjasama seperti berikut:
·
Putera (Pusat Tenaga
Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum Nasionalis sekuler dan intelektual agar menyerahkan
tenaga dan pikirannya untuk mengabdi kepada Jepang.
·
Jawa Hokokai (Himpunan
kebaktian Jawa) merupakan organisasi sentral dan terdiri dari berbagai macam
profesi (dokter, pendidik, kebaktian wanita pusat dan perusahaan).
Penerapan
sistem Autarki (daerah yang harus memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan
perang). Sistem ini diterapkan di setiap wilayah ekonomi. Contoh Jawa menjadi
17 daerah, Sumatera 3 daerah, dan Meinsefu (daerah yang diperintah Angkatan
Laut) 3 daerah. Setelah penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang di
Kalijati maka seluruh daerah Hindia Belanda menjadi 3 daerah pemerintahan
militer:
·
Daerah bagian tengan
meliputi Jawa dan Madura dikuasai
oleh tentara keenambelas denagn kantor pusat di Batavia (Jakarta).
·
Daerah bagian Barat
meliputi Sumatera dengan
kantor pusat di Bukittinggi dikuasai
oleh tentara keduapuluhlima.
·
Daerah bagian Timur
meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusantara, Maluku dan Irian
Jaya dibawah
kekuasaan armada selatan kedua dengan pusatnya di Makassar.
Selain
kebijakan politik di atas, pemerintah Militer Jepang juga melakukan perubahan
dalam birokrasi pemerintahan, diantaranya adalah pembentukan organisasi
pemerintahan di tingkat pusat dengan membentuk Departemen dan pembentukan Cou Sang In/dewan penasehat. Untuk
mempermudah pengawasan dibentuk tiga pemerintahan militer yakni:
·
Pembentukan Angkatan
Darat/Gunseibu, membawahi Jawa dan Madura dengan Batavia sebagai pusat
dan dikenal dengan tentara ke enam belas dipimpin oleh Hitoshi Imamura.
·
Pembentukan Angkatan Darat/Rikuyun,
yang membawahi Sumatera dengan pusat Bukit Tinggi (Sumatera Barat) yang dikenal
dengan tentara ke dua puluh lima dipimpin oleh Jendral Tanabe.
·
Pembentukan Angkatan
Laut/Kaigun, yang membawahi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku
dan Irian dengan pusatnya Ujung Pandang (Makasar) yang dikenal dengan Armada
Selatan ke dua dengan nama Minseifu dipimpin Laksamana Maeda.
Untuk
kedudukan pemerintahan militer sementara khusus Asia Tenggara berpusat di
Dalat/Vietnam.
Aspek Ekonomi dan Sosial
Pada
kedua aspek ini, Anda akan menemukan bagaimana praktek eksploitasi ekonomi dan
sosial yang dilakukan Jepang terhadap bangsa Indonesia dan Anda bisa
membandingkan dampak ekonomi dan sosial dengan dampak politis dan birokrasi.
Hal-hal yang diberlakukan dalam sistem pengaturan ekonomi pemerintah Jepang
adalah sebagai berikut:
·
Kegiatan ekonomi
diarahkan untuk kepentingan perang maka seluruh potensi sumber daya alam dan
bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang. Jepang
menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, Bank dan perusahaan penting. Banyak
lahan pertanian yang terbengkelai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada
ekonomi dan industri perang. Kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan
menurun dan kelaparan serta kemiskinan meningkat drastis.
·
Jepang menerapkan
sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran yang sangat
berat. Pengawasan tersebut diterapkan pada penggunaan dan peredaran sisa-sisa
persediaan barang. Pengendalian harga untuk mencegah meningkatnya harga barang.
Pengawasan perkebunan teh, kopi, karet, tebu dan
sekaligus memonopoli penjualannya. Pembatasan teh, kopi dan tembakau,
karena tidak langsung berkaitan dengan kebutuhan perang. Monopoli tebu dan gula,
pemaksaan menanam pohon jarak dan kapas pada lahan pertanian dan perkebunan
merusak tanah.
·
Menerapkan sistem
ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan
menunjang kegiatan perang). Konsekuensinya tugas rakyat beserta semua kekayaan
dikorbankan untuk kepentingan perang. Hal ini jelas amat menyengsarakan rakyat
baik fisik maupun material.
Pada
tahun 1944, kondisi politis dan militer Jepang mulai terdesak, sehingga
tuntutan akan kebutuhan bahan-bahan perang makin meningkat. Untuk mengatasinya
pemerintah Jepang mengadakan kampanye penyerahan bahan pangan dan barang secara
besar-besaran melalui Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian), serta
instansi resmi pemerintah. Dampak dari kondisi tersebut, rakyat dibebankan
menyerahkan bahan makanan 30% untuk pemerintah, 30% untuk lumbung desa dan 40%
menjadi hak pemiliknya. Sistem ini menyebabkan kehidupan rakyat semakin sulit,
gairah kerja menurun, kekurangan pangan, gizi rendah, penyakit mewabah melanda
hampir di setiap desa di pulau Jawa salah satunya: Wonosobo (Jateng) angka kematian 53,7% dan
untuk Purworejo (Jateng) angka kematian mencapai
224,7%. Bisa Anda bayangkan bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan
bangsa Indonesia pada masa Jepang (bahkan rakyat dipaksa makan makanan hewan
seperti keladi gatal, bekicot, umbi-umbian).
Aspek Kehidupan Militer
Pada
aspek militer ini, Anda akan memahami bahwa badan-badan militer yang dibuat
Jepang semata-mata karena kondisi militer Jepang yang semakin terdesak dalam
perang Pasifik.
Memasuki
tahun kedua pendudukannya (1943), Jepang semakin intensif mendidik dan melatih
pemuda-pemuda Indonesia di bidang militer. Hal ini disebabkan karena situasi di
medan pertempuran (Asia – Pasifik) semakin menyulitkan Jepang. Mulai dari
pukulan Sekutu pada pertempuran laut di Midway (Juni 1942) dan sekitar Laut
Karang (Agustus’.42.Februari.1943).Kondisi.tersebut.diperparah.dengan.jatuhnya Guadalacanal yang merupakan basis kekuatan Jepang
di Pasifik (Agustus 1943).
Situasi
di atas membuat Jepang melakukan konsolidasi kekuatan dengan menghimpun
kekuatan dari kalangan pemuda dan pelajar Indonesia sebagai tenaga potensial
yang akan diikutsertakn dalam pertempuran menghadapi Sekutu.
Dampak Positif dan Negatif
Pendudukan Jepang di Indonesia
Masa
Pendudukan Jepang di Indonesia adalah masa yang sangat berpengaruh bagi
perkembangan Indonesia, selain itu hampir tidak adanya tantangan yang berarti
kepada Belanda sebelumnya. Dalam masanya yang singkat itu, Jepang membawa
dampak yang positif dan juga membawa dampak yang negatif bagi bangsa Indonesia
pada umumnya. Pada umumnya kebanyakan beranggapan masa pendudukan Jepang adalah
masa-masa yang kelam dan penuh penderitaan. Akan tetapi tidak semuanya itu
benar, ada beberapa kebijakan pemerintah pendudukan Jepang yang memberikan
dampak positif, terutama dalam pembentukan nasionalisme Indonesia dan pelatihan
militer bagi pemuda Indonesia.
Dampak Positif Pendudukan Jepang
Tidak
banyak yang mengetahui tentang dampak positifnya Jepang menduduki Indonesia.
Ada pun dampak positif yang dapat dihadirkan antara lain :
·
Diperbolehkannya bahasa
Indonesia untuk menjadi bahasa komunikasi nasional dan menyebabkan bahasa
Indonesia mengukuhkan diri sebagai bahasa nasional.
·
Jepang mendukung
semangat anti-Belanda, sehingga mau tak mau ikut mendukung semangat nasionalisme
Indonesia. Antara lain menolak pengaruh-pengaruh Belanda, misalnya perubahan
nama Batavia menjadi Jakarta.
·
Untuk mendapatkan
dukungan rakyat Indonesia, Jepang mendekati pemimpin nasional Indonesia seperti
Soekarno dengan harapan agar Soekarno mau membantu Jepang memobilisasi rakyat
Indonesia. Pengakuan Jepang ini mengukuhkan posisi para pemimpin nasional
Indonesia dan memberikan mereka kesempatan memimpin rakyatnya.
·
Dalam bidang ekonomi
didirikannya kumyai yaitu koperasi yang bertujuan untuk kepentingan bersama.
·
Pembentukan strata
masyarakat hingga tingkat paling bawah yaitu rukun tetangga (RT) atau Tonarigumi
·
Diperkenalkan suatu sistem
baru bagi pertanian yaitu line
system (sistem pengaturan
bercocok tanam secara efisien) yang bertujuan untuk meningkatkan produksi
pangan.
·
Dibentuknya BPUPKI dan
PPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Dari sini muncullah ide
Pancasila.
·
Jepang dengan
terprogram melatih dan mempersenjatai pemuda-pemuda Indonesia demi kepentingan
Jepang pada awalnya. Namun oleh pemuda hal ini dijadikan modal untuk berperang
yang dikemudian hari digunakan untuk menghadapi kembalinya pemerintah kolonial
Belanda.
·
Dalam pendidikan
dikenalkannya sistem Nipon-sentris dan diperkenalkannya kegiatan upacara dalam
sekolah.
Dampak Negatif Pendudukan Jepang
Selain
dampak positifnya tadi diatas, Jepang juga membawa dampak negatif yang luar
biasa antara lain :
·
Penghapusan semua organisasi
politik dan pranata sosial warisan Hindia Belanda yang sebenarnya banyak
diantaranya yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi,
dan kesejahteraan warga.
·
Romusha,
mobilisasi rakyat Indonesia (terutama warga Jawa) untuk kerja paksa dalam
kondisi yang tidak manusiawi.
·
Penghimpunan segala
sumber daya seperti sandang, pangan, logam, dan minyak demi kepentingan perang.
Akibatnya beras dan berbagai bahan pangan petani dirampas Jepang sehingga
banyak rakyat yang menderita kelaparan.
·
Krisis ekonomi yang
sangat parah. Hal ini karena dicetaknnya uang pendudukan secara besar-besaran
sehingga menyebabkan terjadinya inflasi.
·
Kebijakan self sufficiency (kawasan mandiri) yang menyebabkan
terputusnya hubungan ekonomi antar daerah.
·
Kebijakan fasis
pemerintah militer Jepang yang menyebar polisi khusus dan intelijen di kalangan
rakyat sehingga menimbulkan ketakutan. Pemerintah Jepang bebas melanggar hak
asasi manusia dengan menginterogasi, menangkap, bahkan menghukum mati siapa
saja yang dicurigai atau dituduh sebagai mata-mata atau anti-Jepang tanpa
proses pegadilan.
·
Pembatasan pers
sehingga tidak ada pers yang independen, semuanya dibawah pengawasan Jepang.
·
Terjadinya kekacauan
situasi dan kondisi keamanan yang parah seperti maraknya perampokan,
pemerkosaan dan lain-lain.
·
Pelarangan terhadap
buku-buku berbahasa Belanda dan Inggris yang menyebabkan pendidikan yang lebih
tinggi terasa mustahil.
·
Banyak guru-guru yang
dipekerjakan sebagai pejabat-pejabat pada masa itu yang menyebabkan kemunduran
standar pendidikan secara tajam.
2.1.1
masa sebelum kemerdekaan
Sebelum
merdeka, Indonesia mengalami masa penjajahan yang terbagi dalam beberapa
periode. Ada empat negara yang pernah menduduki Indonesia, yaitu Portugis,
Belanda,Inggris, dan Jepang. Portugis tidak meninggalkan jejak yang mendalam di
Indonesia karena keburu diusir oleh Belanda, tapi Belanda yang kemudian
berkuasa selama sekitar 350 tahun, sudah menerapkan berbagai sistem yang masih
tersisa hingga kini. Untuk menganalisa sejarah perekonomian Indonesia, rasanya
perlu membagi masa pendudukan Belanda menjadi beberapa periode, berdasarkan
perubahan-perubahan kebijakan yang mereka berlakukan di Hindia Belanda (sebutan
untuk Indonesia saat itu).
ÿ Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), Belanda yang saat itu menganut paham Merkantilis benar-benar menancapkan kukunya di Hindia Belanda. Belanda melimpahkan wewenang untuk mengatur Hindia Belanda kepada VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie), sebuah perusahaan yang didirikan dengan tujuan untuk menghindari persaingan antar sesama pedagang Belanda, sekaligus untuk menyaingi perusahaan imperialis lain seperti EIC (Inggris).
Untuk mempermudah aksinya di Hindia Belanda, VOC diberi hak Octrooi, yang antara lain meliputi :
a.Hak mencetak uang
b.Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai
c.Hak menyatakan perang dan damai
d.Hak untuk membuat angkatan bersenjata sendiri
e.Hak untuk membuat perjanjian dengan raja-raja
Hak-hak itu seakan melegalkan keberadaan VOC sebagai “penguasa” Hindia Belanda. Namun walau demikian, tidak berarti bahwa seluruh ekonomi Nusantara telah dikuasai VOC.
Kenyataannya, sejak tahun 1620, VOC hanya menguasai komoditi-komoditi ekspor sesuai permintaan pasar di Eropa, yaitu rempah-rempah. Kota-kota dagang dan jalur-jalur pelayaran yang dikuasainya adalah untuk menjamin monopoli atas komoditi itu. VOC juga belum membangun sistem pasokan kebutuhan-kebutuhan hidup penduduk pribumi. Peraturan-peraturan yang ditetapkan VOC seperti verplichte leverentie (kewajiban meyerahkan hasil bumi pada VOC ) dan contingenten (pajak hasil bumi) dirancang untuk mendukung monopoli itu. Disamping itu, VOC juga menjaga agar harga rempah-rempah tetap tinggi, antara lain dengan diadakannya pembatasan jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh ditanam penduduk, pelayaran Hongi dan hak extirpatie (pemusnahan tanaman yang jumlahnya melebihi peraturan). Semua aturan itu pada umumnya hanya diterapkan di Maluku yang memang sudah diisolasi oleh VOC dari pola pelayaran niaga samudera Hindia.
Dengan memonopoli rempah-rempah, diharapkan VOC akan menambah isi kas negri Belanda, dan dengan begitu akan meningkatkan pamor dan kekayaan Belanda. Disamping itu juga diterapkan Preangerstelstel, yaitu kewajiban menanam tanaman kopi bagi penduduk Priangan. Bahkan ekspor kopi di masa itu mencapai 85.300 metrik ton, melebihi ekspor cengkeh yang Cuma 1.050 metrik ton.
Namun, berlawanan dengan kebijakan merkantilisme Perancis yang melarang ekspor logam mulia, Belanda justru mengekspor perak ke Hindia Belanda untuk ditukar dengan hasil bumi. Karena selama belum ada hasil produksi Eropa yang dapat ditawarkan sebagai komoditi imbangan,ekspor perak itu tetap perlu dilakukan. Perak tetap digunakan dalam jumlah besar sebagai alat perimbangan dalam neraca pembayaran sampai tahun 1870-an.
Pada tahun 1795, VOC bubar karena dianggap gagal dalam mengeksplorasi kekayaan Hindia Belanda. Kegagalan itu nampak pada defisitnya kas VOC, yang antara lain disebabkan oleh :
a.Peperangan yang terus-menerus dilakukan oleh VOC dan memakan biaya besar, terutama perang Diponegoro.
b.Penggunaan tentara sewaan membutuhkan biaya besar.
c.Korupsi yang dilakukan pegawai VOC sendiri.
d.Pembagian dividen kepada para pemegang saham, walaupun kas defisit.
Maka, VOC diambil-alih (digantikan) oleh republik Bataaf (Bataafsche Republiek).
Republik Bataaf dihadapkan pada suatu sistem keuangan yang kacau balau. Selain karena peperangan sedang berkecamuk di Eropa (Continental stelstel oleh Napoleon), kebobrokan bidang moneter sudah mencapai puncaknya sebagai akibat ketergantungan akan impor perak dari Belanda di masa VOC yang kini terhambat oleh blokade Inggris di Eropa.
Sebelum republik Bataaf mulai berbenah, Inggris mengambil alih pemerintahan di Hindia Belanda.
ÿ Pendudukan Inggris (1811-1816)
Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah hampir dua abad diterapkan oleh Belanda, dengan menerapkan Landrent (pajak tanah). Sistem ini sudah berhasil di India, dan Thomas Stamford Raffles mengira sistem ini akan berhasil juga di Hindia Belanda. Selain itu, dengan landrent, maka penduduk pribumi akan memiliki uang untuk membeli barang produk Inggris atau yang diimpor dari India. Inilah imperialisme modern yang menjadikan tanah jajahan tidak sekedar untuk dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah pemasaran produk dari negara penjajah. Sesuai dengan teori-teori mazhab klasik yang saat itu sedang berkembang di Eropa, antara lain :
a.Pendapat Adam Smith bahwa tenaga kerja produktif adalah tenaga kerja yang menghasilkan benda konkrit dan dapat dinilai pasar, sedang tenaga kerja tidak produktif menghasilkan jasa dimana tidak menunjang pencapaian pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, Inggris menginginkan tanah jajahannya juga meningkat kemakmurannya, agar bisa membeli produk-produk yang di Inggris dan India sudah surplus (melebihi permintaan).
b.Pendapat Adam Smith bahwa salah satu peranan ekspor adalah memperluas pasar bagi produk yang dihasilkan (oleh Inggris) dan peranan penduduk dalam menyerap hasil produksi.
c.The quantity theory of money bahwa kenaikan maupun penurunan tingkat harga dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar.
Akan tetapi, perubahan yang cukup mendasar dalam perekonomian ini sulit dilakukan, dan bahkan mengalami kegagalan di akhir kekuasaan Inggris yang Cuma seumur jagung di Hindia Belanda. Sebab-sebabnya antara lain :
a.Masyarakat Hindia Belanda pada umumnya buta huruf dan kurang mengenal uang, apalagi untuk menghitung luas tanah yang kena pajak.
b.Pegawai pengukur tanah dari Inggris sendiri jumlahnya terlalu sedikit.
c.Kebijakan ini kurang didukung raja-raja dan para bangsawan, karena Inggris tak mau mengakui suksesi jabatan secara turun-temurun.
ÿ Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), Belanda yang saat itu menganut paham Merkantilis benar-benar menancapkan kukunya di Hindia Belanda. Belanda melimpahkan wewenang untuk mengatur Hindia Belanda kepada VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie), sebuah perusahaan yang didirikan dengan tujuan untuk menghindari persaingan antar sesama pedagang Belanda, sekaligus untuk menyaingi perusahaan imperialis lain seperti EIC (Inggris).
Untuk mempermudah aksinya di Hindia Belanda, VOC diberi hak Octrooi, yang antara lain meliputi :
a.Hak mencetak uang
b.Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai
c.Hak menyatakan perang dan damai
d.Hak untuk membuat angkatan bersenjata sendiri
e.Hak untuk membuat perjanjian dengan raja-raja
Hak-hak itu seakan melegalkan keberadaan VOC sebagai “penguasa” Hindia Belanda. Namun walau demikian, tidak berarti bahwa seluruh ekonomi Nusantara telah dikuasai VOC.
Kenyataannya, sejak tahun 1620, VOC hanya menguasai komoditi-komoditi ekspor sesuai permintaan pasar di Eropa, yaitu rempah-rempah. Kota-kota dagang dan jalur-jalur pelayaran yang dikuasainya adalah untuk menjamin monopoli atas komoditi itu. VOC juga belum membangun sistem pasokan kebutuhan-kebutuhan hidup penduduk pribumi. Peraturan-peraturan yang ditetapkan VOC seperti verplichte leverentie (kewajiban meyerahkan hasil bumi pada VOC ) dan contingenten (pajak hasil bumi) dirancang untuk mendukung monopoli itu. Disamping itu, VOC juga menjaga agar harga rempah-rempah tetap tinggi, antara lain dengan diadakannya pembatasan jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh ditanam penduduk, pelayaran Hongi dan hak extirpatie (pemusnahan tanaman yang jumlahnya melebihi peraturan). Semua aturan itu pada umumnya hanya diterapkan di Maluku yang memang sudah diisolasi oleh VOC dari pola pelayaran niaga samudera Hindia.
Dengan memonopoli rempah-rempah, diharapkan VOC akan menambah isi kas negri Belanda, dan dengan begitu akan meningkatkan pamor dan kekayaan Belanda. Disamping itu juga diterapkan Preangerstelstel, yaitu kewajiban menanam tanaman kopi bagi penduduk Priangan. Bahkan ekspor kopi di masa itu mencapai 85.300 metrik ton, melebihi ekspor cengkeh yang Cuma 1.050 metrik ton.
Namun, berlawanan dengan kebijakan merkantilisme Perancis yang melarang ekspor logam mulia, Belanda justru mengekspor perak ke Hindia Belanda untuk ditukar dengan hasil bumi. Karena selama belum ada hasil produksi Eropa yang dapat ditawarkan sebagai komoditi imbangan,ekspor perak itu tetap perlu dilakukan. Perak tetap digunakan dalam jumlah besar sebagai alat perimbangan dalam neraca pembayaran sampai tahun 1870-an.
Pada tahun 1795, VOC bubar karena dianggap gagal dalam mengeksplorasi kekayaan Hindia Belanda. Kegagalan itu nampak pada defisitnya kas VOC, yang antara lain disebabkan oleh :
a.Peperangan yang terus-menerus dilakukan oleh VOC dan memakan biaya besar, terutama perang Diponegoro.
b.Penggunaan tentara sewaan membutuhkan biaya besar.
c.Korupsi yang dilakukan pegawai VOC sendiri.
d.Pembagian dividen kepada para pemegang saham, walaupun kas defisit.
Maka, VOC diambil-alih (digantikan) oleh republik Bataaf (Bataafsche Republiek).
Republik Bataaf dihadapkan pada suatu sistem keuangan yang kacau balau. Selain karena peperangan sedang berkecamuk di Eropa (Continental stelstel oleh Napoleon), kebobrokan bidang moneter sudah mencapai puncaknya sebagai akibat ketergantungan akan impor perak dari Belanda di masa VOC yang kini terhambat oleh blokade Inggris di Eropa.
Sebelum republik Bataaf mulai berbenah, Inggris mengambil alih pemerintahan di Hindia Belanda.
ÿ Pendudukan Inggris (1811-1816)
Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah hampir dua abad diterapkan oleh Belanda, dengan menerapkan Landrent (pajak tanah). Sistem ini sudah berhasil di India, dan Thomas Stamford Raffles mengira sistem ini akan berhasil juga di Hindia Belanda. Selain itu, dengan landrent, maka penduduk pribumi akan memiliki uang untuk membeli barang produk Inggris atau yang diimpor dari India. Inilah imperialisme modern yang menjadikan tanah jajahan tidak sekedar untuk dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah pemasaran produk dari negara penjajah. Sesuai dengan teori-teori mazhab klasik yang saat itu sedang berkembang di Eropa, antara lain :
a.Pendapat Adam Smith bahwa tenaga kerja produktif adalah tenaga kerja yang menghasilkan benda konkrit dan dapat dinilai pasar, sedang tenaga kerja tidak produktif menghasilkan jasa dimana tidak menunjang pencapaian pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, Inggris menginginkan tanah jajahannya juga meningkat kemakmurannya, agar bisa membeli produk-produk yang di Inggris dan India sudah surplus (melebihi permintaan).
b.Pendapat Adam Smith bahwa salah satu peranan ekspor adalah memperluas pasar bagi produk yang dihasilkan (oleh Inggris) dan peranan penduduk dalam menyerap hasil produksi.
c.The quantity theory of money bahwa kenaikan maupun penurunan tingkat harga dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar.
Akan tetapi, perubahan yang cukup mendasar dalam perekonomian ini sulit dilakukan, dan bahkan mengalami kegagalan di akhir kekuasaan Inggris yang Cuma seumur jagung di Hindia Belanda. Sebab-sebabnya antara lain :
a.Masyarakat Hindia Belanda pada umumnya buta huruf dan kurang mengenal uang, apalagi untuk menghitung luas tanah yang kena pajak.
b.Pegawai pengukur tanah dari Inggris sendiri jumlahnya terlalu sedikit.
c.Kebijakan ini kurang didukung raja-raja dan para bangsawan, karena Inggris tak mau mengakui suksesi jabatan secara turun-temurun.
ÿ
Cultuurstelstel
Cultuurstelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif Van Den Bosch. Tujuannya adalah untuk memproduksi berbagai komoditi yang ada permintaannya di pasaran dunia. Sejak saat itu, diperintahkan pembudidayaan produk-produk selain kopi dan rempah-rempah, yaitu gula, nila, tembakau, teh, kina, karet, kelapa sawit, dll. Sistem ini jelas menekan penduduk pribumi, tapi amat menguntungkan bagi Belanda, apalagi dipadukan dengan sistem konsinyasi (monopoli ekspor). Setelah penerapan kedua sistem ini, seluruh kerugian akibat perang dengan Napoleon di Belanda langsung tergantikan berkali lipat.
Sistem ini merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka memperkenalkan penggunaan uang pada masyarakat pribumi. Masyarakat diwajibkan menanam tanaman komoditas ekspor dan menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk kemudian dibayar dengan harga yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Cultuurstelstel melibatkan para bangsawan dalam pengumpulannya, antara lain dengan memanfaatkan tatanan politik Mataram--yaitu kewajiban rakyat untuk melakukan berbagai tugas dengan tidak mendapat imbalan--dan memotivasi para pejabat Belanda dengan cultuurprocenten (imbalan yang akan diterima sesuai dengan hasil produksi yang masuk gudang).
Bagi masyarakat pribumi, sudah tentu cultuurstelstel amat memeras keringat dan darah mereka, apalagi aturan kerja rodi juga masih diberlakukan. Namun segi positifnya adalah, mereka mulai mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan yang memicu meningkatnya taraf hidup mereka. Bagi pemerintah Belanda, ini berarti bahwa masyarakat sudah bisa menyerap barang-barang impor yang mereka datangkan ke Hindia Belanda. Dan ini juga merubah cara hidup masyarakat pedesaan menjadi lebih komersial, tercermin dari meningkatnya jumlah penduduk yang melakukan kegiatan ekonomi nonagraris.
Jelasnya, dengan menerapkan cultuurstelstel, pemerintah Belanda membuktikan teori sewa tanah dari mazhab klasik, yaitu bahwa sewa tanah timbul dari keterbatasan kesuburan tanah. Namun disini, pemerintah Belanda hanya menerima sewanya saja, tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk menggarap tanah yang kian lama kian besar. Biaya yang kian besar itu meningkatkan penderitaan rakyat, sesuai teori nilai lebih (Karl Marx), bahwa nilai leih ini meningkatkan kesejahteraan Belanda sebagai kapitalis.
ÿSistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal)
Adanya desakan dari kaum Humanis Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga pribumi ke arah yang lebih baik, mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mengubah kebijakan ekonominya. Dibuatlah peraturan-peraturan agraria yang baru, yang antara lain mengatur tentang penyewaan tanah pada pihak swasta untuk jangka 75 tahun, dan aturan tentang tanah yang boleh disewakan dan yang tidak boleh. Hal ini nampaknya juga masih tak lepas dari teori-teori mazhab klasik, antara lain terlihat pada :
a.Keberadaan pemerintah Hindia Belanda sebagai tuan tanah, pihak swasta yang mengelola perkebunan swasta sebagai golongan kapitalis, dan masyarakat pribumi sebagai buruh penggarap tanah.
b.Prinsip keuntungan absolut : Bila di suatu tempat harga barang berada diatas ongkos tenaga kerja yang dibutuhkan, maka pengusaha memperoleh laba yang besar dan mendorong mengalirnya faktor produksi ke tempat tersebut.
c.Laissez faire laissez passer, perekonomian diserahkan pada pihak swasta, walau jelas, pemerintah Belanda masih memegang peran yang besar sebagai penjajah yang sesungguhnya.
Pada akhirnya, sistem ini bukannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pribumi, tapi malah menambah penderitaan, terutama bagi para kuli kontrak yang pada umumnya tidak diperlakukan layak.
ÿPendudukanJepang(1942-1945),Pemerintah militer Jepang menerapkan suatu kebijakan pengerahan sumber daya ekonomi mendukung gerak maju pasukan Jepang dalam perang Pasifik. Sebagai akibatnya, terjadi perombakan besar-besaran dalam struktur ekonomi masyarakat. Kesejahteraan rakyat merosot tajam dan terjadi bencana kekurangan pangan, karena produksi bahan makanan untuk memasok pasukan militer dan produksi minyak jarak untuk pelumas pesawat tempur menempati prioritas utama. Impor dan ekspor macet, sehingga terjadi kelangkaan tekstil yang sebelumnya didapat dengan jalan impor.
Seperti ini lah sistem sosialis ala bala tentara Dai Nippon. Segala hal diatur oleh pusat guna mencapai kesejahteraan bersama yang diharapkan akan tercapai seusai memenangkan perang Pasifik.
Cultuurstelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif Van Den Bosch. Tujuannya adalah untuk memproduksi berbagai komoditi yang ada permintaannya di pasaran dunia. Sejak saat itu, diperintahkan pembudidayaan produk-produk selain kopi dan rempah-rempah, yaitu gula, nila, tembakau, teh, kina, karet, kelapa sawit, dll. Sistem ini jelas menekan penduduk pribumi, tapi amat menguntungkan bagi Belanda, apalagi dipadukan dengan sistem konsinyasi (monopoli ekspor). Setelah penerapan kedua sistem ini, seluruh kerugian akibat perang dengan Napoleon di Belanda langsung tergantikan berkali lipat.
Sistem ini merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka memperkenalkan penggunaan uang pada masyarakat pribumi. Masyarakat diwajibkan menanam tanaman komoditas ekspor dan menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk kemudian dibayar dengan harga yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Cultuurstelstel melibatkan para bangsawan dalam pengumpulannya, antara lain dengan memanfaatkan tatanan politik Mataram--yaitu kewajiban rakyat untuk melakukan berbagai tugas dengan tidak mendapat imbalan--dan memotivasi para pejabat Belanda dengan cultuurprocenten (imbalan yang akan diterima sesuai dengan hasil produksi yang masuk gudang).
Bagi masyarakat pribumi, sudah tentu cultuurstelstel amat memeras keringat dan darah mereka, apalagi aturan kerja rodi juga masih diberlakukan. Namun segi positifnya adalah, mereka mulai mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan yang memicu meningkatnya taraf hidup mereka. Bagi pemerintah Belanda, ini berarti bahwa masyarakat sudah bisa menyerap barang-barang impor yang mereka datangkan ke Hindia Belanda. Dan ini juga merubah cara hidup masyarakat pedesaan menjadi lebih komersial, tercermin dari meningkatnya jumlah penduduk yang melakukan kegiatan ekonomi nonagraris.
Jelasnya, dengan menerapkan cultuurstelstel, pemerintah Belanda membuktikan teori sewa tanah dari mazhab klasik, yaitu bahwa sewa tanah timbul dari keterbatasan kesuburan tanah. Namun disini, pemerintah Belanda hanya menerima sewanya saja, tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk menggarap tanah yang kian lama kian besar. Biaya yang kian besar itu meningkatkan penderitaan rakyat, sesuai teori nilai lebih (Karl Marx), bahwa nilai leih ini meningkatkan kesejahteraan Belanda sebagai kapitalis.
ÿSistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal)
Adanya desakan dari kaum Humanis Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga pribumi ke arah yang lebih baik, mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mengubah kebijakan ekonominya. Dibuatlah peraturan-peraturan agraria yang baru, yang antara lain mengatur tentang penyewaan tanah pada pihak swasta untuk jangka 75 tahun, dan aturan tentang tanah yang boleh disewakan dan yang tidak boleh. Hal ini nampaknya juga masih tak lepas dari teori-teori mazhab klasik, antara lain terlihat pada :
a.Keberadaan pemerintah Hindia Belanda sebagai tuan tanah, pihak swasta yang mengelola perkebunan swasta sebagai golongan kapitalis, dan masyarakat pribumi sebagai buruh penggarap tanah.
b.Prinsip keuntungan absolut : Bila di suatu tempat harga barang berada diatas ongkos tenaga kerja yang dibutuhkan, maka pengusaha memperoleh laba yang besar dan mendorong mengalirnya faktor produksi ke tempat tersebut.
c.Laissez faire laissez passer, perekonomian diserahkan pada pihak swasta, walau jelas, pemerintah Belanda masih memegang peran yang besar sebagai penjajah yang sesungguhnya.
Pada akhirnya, sistem ini bukannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pribumi, tapi malah menambah penderitaan, terutama bagi para kuli kontrak yang pada umumnya tidak diperlakukan layak.
ÿPendudukanJepang(1942-1945),Pemerintah militer Jepang menerapkan suatu kebijakan pengerahan sumber daya ekonomi mendukung gerak maju pasukan Jepang dalam perang Pasifik. Sebagai akibatnya, terjadi perombakan besar-besaran dalam struktur ekonomi masyarakat. Kesejahteraan rakyat merosot tajam dan terjadi bencana kekurangan pangan, karena produksi bahan makanan untuk memasok pasukan militer dan produksi minyak jarak untuk pelumas pesawat tempur menempati prioritas utama. Impor dan ekspor macet, sehingga terjadi kelangkaan tekstil yang sebelumnya didapat dengan jalan impor.
Seperti ini lah sistem sosialis ala bala tentara Dai Nippon. Segala hal diatur oleh pusat guna mencapai kesejahteraan bersama yang diharapkan akan tercapai seusai memenangkan perang Pasifik.
2.1
Pemerintahan Masa Orde Lama
Demi kebutuhan
membentuk Badan Konstituante untuk menyusun konstitusi baru menggantikan UUD
1945, Bung Karno menyetujui penyelenggaraan Pemilu tahun 1955, pemilu pertama
dan satu-satunya Pemilu selama pemerintahan Bung Karno. Pemilu tersebut
menghasilkan empat besar partai pemenang yakni PNI, Masjumi, NU dan PKI.
Usai Pemilu, Badan
Konstituante yang disusun berdasarkan hasil Pemilu, mulai bersidang untuk menyusun
UUD baru. Namun sidang-sidang secara marathon selama lima tahun gagal mencapai
kesepakatan untuk menetapkan sebuah UUD yang baru.
Menyadari bahwa negara
berada di ambang perpecahan, Bung Karno dengan dukungan Angkatan Darat,
mengumumkan dekrit 5 Juli 1959. Isinya; membubarkan Badan Konstituante dan
kembali ke UUD 1945. Sejak 1959 sampai 1966, Bung Karno memerintah dengan
dekrit, menafikan Pemilu dan mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup.
Pemerintahan
parlementer yang berpegang pada UUD Sementara, juga jatuh dan bangun oleh mosi
tidak percaya. Akibatnya, kondisi ekonomi morat-marit. Sementara itu, para
pemimpin Masjumi dan PSI terlibat dalam pemberontakan PRRI/Permesta. Kemudian,
Bung Karno membubarkan kedua partai tersebut.
Pada fase kedua
kepemimpinannya, 1959-1967, Bung Karno menerapkan demokrasi terpimpin. Semua
anggota DPRGR dan MPRS diangkat untuk mendukung program pemerintahannya yang
lebih fokus pada bidang politik. Bung Karno berusaha keras menggiring
partai-partai politik ke dalam ideologisasi NASAKOM—Nasional, Agama dan
Komunis. Tiga pilar utama partai politik yang mewakili NASAKOM adalah PNI, NU
dan PKI. Bung Karno menggelorakan Manifesto Politik USDEK. Dia menggalang
dukungan dari semua kekuatan NASAKOM.
Namun di tengah
tingginya persaingan politik Nasakom itu, pada tahun 1963, bangsa ini berhasil
membebaskan Irian Barat dari cengkraman Belanda. Saat itu yang menjadi Panglima
Komando Mandala (pembebasan Irja) adalah Mayjen Soeharto.
Tahun 1964-965, Bung
Karno kembali menggelorakan semangat revolusioner bangsanya ke dalam peperangan
(konfrontasi) melawan Federasi Malaysia yang didukung Inggris.
Sementara, dalam
kondisi itu, tersiar kabar tentang sakitnya Bung Karno. Situasi semakin runyam
tatkala PKI melancarkan Gerakan 30 September 1965. Tragedi pembunuhan tujuh
jenderal Angkatan Darat tersebut menimbulkan situasi chaos di seluruh negeri.
Kondisi politik dan keamanan hampir tak terkendali.
Pergolakan politis pada
akhir masa Orde Lama juga terjadi di Malang karena aktifitas PKI / Komunis
cukup banyak mempengaruhi masyarakat terutama golongan pemuda. Terjadi rapat2
umum, demonstrasi, kerusuhan dan bentrokan fisik antara pendukung Komunis
dengan pendukung Pancasila, salah satunya yang terkenal adalah penyerbuan
Gedung Sarinah sekarang. Akhirnya kelompok Komunis dapat dikalahkan dan
melarikan diri ke daerah Blitar sehingga dilakukan operasi militer Sandhi Yudha
yang mengakhiri petualangan Komunis di Indonesia.
Menyadari kondisi
tersebut, Bung Karno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 kepada Jenderal
Soeharto. Ia mengangkat Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Keamanan dan
Ketertiban (Kopkamtib) yang bertugas mengembalikan keamanan dan ketertiban.
Langkah penertiban pertama yang dilakukan Pak Harto, sejalan dengan tuntutan
rakyat ketika itu, membubarkan PKI.
Bung Karno, setelah
tragedi berdarah tersebut, dimintai pertanggungjawaban di dalam sidang istimewa
MPRS tahun 1967. Pidato pertanggungjawaban Bung Karno ditolak. Orde Lama
dibawah pimpinan Presiden Soekarno berakhir setelah didahului oleh
pemberontakan Partai Komunis Indonesia yang gagal pada tanggal 30 September
1965.
Dengan berbekal Surat
Perintah tertanggal 11 Maret 1966, Panglima Komando Cadangan Strategis TNI
Angkatan Darat (Kostrad) pada waktu itu, Letjen TNI Soeharto membubarkan PKI
dan organisasi-organisasi masyarakat yang dinaunginya. Kemudian Pak Harto
diangkat selaku Pejabat Presiden. Pak Harto dikukuhkan oleh MPRS menjadi
Presiden RI yang Kedua, Maret 1968.
Gerakan pembersihan
terhadap unsur-unsur PKI ini kemudian berbuntut pada pembunuhan puluhan (ada
pula yang mengatakan ratusan) ribu penduduk Indonesia yang dicurigai terlibat
atau bersimpati pada gerakan komunis. Kuatnya stigma komunis yang menakutkan
banyak orang membuat sampai kini belum pernah ada penyelidikan independen
mengenai korban-korban yang jatuh pada saat itu, meskipun diyakini tidak semua
korban memang terbukti bersalah.
Atas dukungan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara yang dipimpin oleh Ketuanya saat itu, Letjen
TNI Abdul Harris Nasution, Letjen TNI Soeharto kemudian dikukuhkan menjadi
pejabat Presiden Republik Indonesia. Kekuasaan Orde Baru dibawah presiden kedua
ini dikukuhkan melalui pemilihan umum tahun 1971.
Sementara pembangunan
ekonomi, selama 22 tahun Indonesia merdeka, praktis dikesampingkan. Kalaupun
ada, pembangunan ekonomi dilaksanakan secara sporadis, tanpa panduan APBN.
Pembangunan dilakukan hanya dengan mengandalkan dana pampasan perang Jepang.
2.2
Penerapan Demokrasi Orde Lama
Kabinet-Ali-Sastroamidjojo
Pada masa Orde lama, Pancasila
dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada situasi dunia yang diliputi
oleh tajamnya konflik ideologi. Pada saat itu kondisi politik dan keamanan
dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam
suasana transisional dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat
merdeka. Masa orde lama adalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila
terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang
berbeda-beda pada masa orde lama. Terdapat 3 periode implementasi Pancasila
yang berbeda, yaitu periode 1945-1950, periode 1950-1959, dan periode
1959-1966.
Orde Lama telah dikenal prestasinya
dalam memberi identitas, kebanggaan nasional dan mempersatukan bangsa
Indonesia. Namun demikian, Orde Lama pula yang memberikan peluang bagi
kemungkinan kaburnya identitas tersebut (Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945). Beberapa peristiwa pada Orde Lama yang mengaburkan identitas nasional
kita adalah; Pemberontakan PKI pada tahun 1948, Demokrasi Terpimpin,
Pelaksanaan UUD Sementara 1950, Nasakom dan Pemberontakan PKI 1965.
Pembentukan
Konstituante dan Demokrasi Terpimpin Presiden Soekarno (1950-1959)
Sebelum Republik Indonesia Serikat
dinyatakan bubar, pada saat itu terjadi demo besar-besaran menuntut pembuatan
suatu Negara Kesatuan. Maka melalui perjanjian antara tiga negara bagian,
Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, & Negara Sumatera Timur
dihasilkan perjanjian pembentukan Negara Kesatuan pada tanggal 17 Agustus 1950.
Sejak 17 Agustus 1950, Negara Indonesia diperintah dengan menggunakan
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 yg menganut sistem
kabinet parlementer.
Era 1950-1959
adalah di mana presiden Soekarno
memerintah menggunakan konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik
Indonesia 1950. Periode ini berlangsung mulai dari 17 Agustus 1950 sampai 6
Juli 1959.
2.3
Kondisi Keadaan Perekonomian Negara Kita Sangat Buruk, Hal Itu Disebabkan
Karena :
1.
Inflasi yang sangat
tinggi, hal ini disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang di
negara kita yang sangat tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu
pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata
uang De Javashe Bank ,mata uang pemerintah Hindia Belanda,dan mata uang
pendudukan Jepang. banyaknya uang yang beredar di negara kita menyebabkan
harga-harga di negara kita menjadi meningkat.
2. Adanya
blockade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu
perdagangan luar negeri RI.
3. Kas
negara kosong.
4. Ekspliotasi
besar-besaran dimasa penjajahan.
Usaha - Usaha yang dilakukan untuk
mengatasi kesulitan ekonomi.
1.
Bangsa kita melakukan
Program Pinjaman oleh menteri keuangan IR.
2. Upaya
melakukan blokade dengan menawarkan bantuan padi sebanyak 500.000 ton ke india
(karena india merupakan Negara yang mempunyai nasib sama seperti Indonesia yang
pernah di jajah) dan india menyerahkan obat-obatan ke Indonesia.
3. Konferensi
Ekonomi pada bulan februari 1946, yang tujuannya untuk memperoleh kesepakatan
yang bulat ketika menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesar, seperti
: masalah produksi, makanan, sandang.
4.
Pembentukan Planning
Board (Badan Perancang Ekonomi ) pada tanggal 19 januari 1947.
Upaya- upaya tersebut
tahun ke tahun terus dilakukan untuk merubah perekonomian Indonesia sedikit
demi sedikit . Dan Pada saat Demokrasi Terpimpin sekitar tahun 1959-1967.
Sebagai akibat dari dekrit Presiden 5 Juli 1959 Indonesia menjalankan sistem
demokrasi terpimpin yang isinya segala sesuatu baik stuktur ekonomi indonesia
diatur sepenuhnya oleh pemerintah. Hal ini di lakukan agar dapat membawa
kemakmuran masyarakat indonesia. Akan tetapi, kebijakan ini belum dapat memperbaiki keadaan kondisi di negara
ini. hal ini di lihat ketika pemerintah menjadikan uang Rp 1.000 menjadi Rp. 1
Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama,
tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi.
Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan
angka inflasi.
Beberapa kebijakan yang diambil
dibawah pemerintahan Soekarno diantaranya :
·
Nasionalisasi Bank Java
menjadi Bank Indonesia
Menghadapi
”watak kolonial” yang masih bercokol terutama di lapangan ekonomi, pemerintah
berupaya mengambil langkah untuk menyelamatkan sektor yang dianggap strategis,
terutama perbankan. Pada tahun 1953, dilakukan nasionalisasi terhadap Bank Java
dan kemudian namanya berubah menjadi ”Bank Indonesia”. Serta membentuk dua
Financial Bank yaitu: Bank Industri Negara (BIN) yang akan membiayai
proyek-proyek indutri; dan Bank Negara Indonesia (BNI) yang menyediakan
foreign-exchange sekaligus membiayai kegiatan impor.
·
Mengamankan usaha-usaha
yang menyangkut harkat hidup orang banyak
Langkah
pemerintah berikutnya adalah mengamankan usaha-usaha yang menyangkut harkat
hidup orang banyak, seperti: balai gadai, beberapa wilayah pertanian yang
penting, pos, telepon, listrik, pelabuhan, pertambangan batu bara dan rel
kereta. Selanjutnya pemerintah membiayai perusahan negara melalui BIN di sektor
produksi semen, tekstil, perakitan mobil, gelas, dan botol.
·
Berusaha memutuskan
kontrol Belanda dalam bidang perdagangan ekspor-impor
Langkah
terakhir pemerintah adalah berusaha memutuskan kontrol Belanda dalam bidang
perdagangan ekspor-impor dengan mendirikan Pusat Perusahaan Perdagangan pada
tahun 1948 untuk mengekspor produk pertanian Indonesia. Pemerintah juga
mendirikan USINDO pada tahun 1956 untuk mengekspor industri manufaktur -yang
dibiayai oleh BIN- dan mengimpor bahan mentah untuk keperluan industri mereka.
·
Serta beberapa
kebijakan lainya yang ditujukan untuk memajukan perekonomianindonesia.
Hampir
seluruh program ekonomi pemerintahan Soekarno kandas di tengah jalan. sistem
ekonomi terpimpin menuntut seluruh unsur perekonomian Indonesia menjadi alat
revolusi. Dalam ekonomi terpimpin, kegiatan perekonomian ditekankan pada
konsepsi gotong royong dan kekeluargaan sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 33
UUD 1945. Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan ekonomi pada masa terpimpin
juga dilandaskan atas strategi dasar ekonomi Indonesia yang diamanatkan dalam
Deklarasi Ekonomi (DEKON) oleh Presiden Soekarno pada tanggal 28 Maret 1963.
Pada masa orde lama ada dua
pelaksanaan :
1.
Masa demokrasi
terpimpin
2.
Masa demokrasi liberal
Demokrasi yang dipakai adalah
demokrasi parlementer atau demokrasi liberal. Demokrasi pada masa itu telah
dinilai gagal dalam menjamin stabilitas politik. Ketegangan politik demokrasi
liberal atau parlementer disebabkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Dominanya politik
aliran maksudnya partai politik yang sangat mementingkan kelompok atau
alirannya sendiri dari pada mengutamakan kepentingan bangsa
2. Landasan
sosial ekonomi rakyat yang masih rendah
3.
Tidak mampunya para
anggota konstituante bersidang dalam mennetukan dasar negara.
2.4
Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Masa ini
disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya menggunakan
prinsip-prinsip liberal.Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-teori
mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer.Padahal pengusaha
pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi,
terutama pengusaha Cina.Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi
perekonomian Indonesia yang baru merdeka.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk
mengatasi masalah ekonomi, antara lain :
·
Gunting Syarifuddin,
yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk mengurangi jumlah
uang yang beredar agar tingkat harga turun.
·
Nasionalisasi De
Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24 th
1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
·
Program Benteng
(Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan mendorong
importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing dengan
membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada
importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi
agar nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun
usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan
tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi.
·
Sistem ekonomi Ali-Baba
(kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak Cokrohadisuryo, yaitu
penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan pengusaha pribumi. Pengusaha
non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan pada pengusaha pribumi, dan
pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional.
Program ini tidak berjalan dengan baik, karena pengusaha pribumi kurang
berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit
dari pemerintah.
·
Pembatalan sepihak atas
hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak
pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, akan tetapi pengusaha-pengusaha
pribumi belum bisa mengambil alih perusahaan-perusahaan tersebut.
2.5 Masa Demokrasi
Terpimpin (1959-1967)

Sebagai akibat dari
dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi
terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme
(segala-galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan
membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi
(Mazhab Sosialisme). Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil
pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia,
antara lain :
1.
Devaluasi yang
diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang. Uang kertas pecahan Rp
500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp 100,dan semua
simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.
2. Pembentukan
Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia
dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi
perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik 400%.
3.
Devaluasi yang
dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp 1.
Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama,
tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi.
Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan
angka inflasi.
2.6 Masalah Yang Dihadapi
Pada Masa Pemerintahan Soekarno
1. Selama
Orde Lama telah terjadi berbagai penyimpangan, dimana ekonomi terpimpin yang
mula-mula disambut baik oleh bung Hatta, ternyata berubah menjadi ekonomi
komando yang statistik (serba negara). Selama periode 1959 – 1966 ini
perekonomian cepat memburuk dan inflasi merajalela karena politik dijadikan
panglima danpembangunan ekonomi
disubordinasikan pada pembangunan politik. (Mubyarto, 1990).
2. Ada
hubungan yang erat antara jumlah uang yang beredar dan tingkat harga (Stephen
Genville dalam Anne Booth dan McCawley, ed., 1990).
Tahun
|
DJUB
(%)
|
Dharga
(%)
|
1960
|
39
|
19
|
1961
|
42
|
72
|
1962
|
99
|
158
|
1963
|
95
|
128
|
1964
|
156
|
135
|
1965
|
280
|
595
|
1966
|
763
|
635
|
Sumber
: Bank Indonesia, Laporan Tahunan jakarta, Berbagai Edisi.
Selama
tahun 60-an sumber penciptaan uang oleh sektor pemerintah merupakan penyebab
terpenting dari naiknya jumlah uang yang beredar.
3.
Tahun 1960-an cadangan
devisa yang sangat rendah mengakibatkan timbulnya kekurangan bahan mentah dan suku cadang yang
masih harus diimpor dan diperkirakan dalam tahun 1966 sektor industri hanya
bekerja 30% dari kapasitas yang ada (Peter McCawley dalam Anne booth dan Peter
McCawley, ed., 1990).
2.7 Rencana dan
Kebijaksanaan Ekonomi
Rencana : pembangunan
nasional semesta berencana (PNSB) 1961-1969. Rencana pembangunan ini disusun
berlandasarkann “Manfesto Politik 1960” untuk meningkatkan kemakmuran rakyat
dengan azas ekonomi terpimpin.
Faktor yang menghambat/
kelemahannya antara lain :
1.
Rencana ini tidak
mengikuti kaidah-kaidah ekonomi yang lazim.
2. Defisit
anggaran yang terus meningkat yang mengakibatkan hyper inflasi.
3.
Kondisi ekonomi dan
politik saat itu: dari dunia luar (Barat) Indonesia sudah terkucilkan karena
sikpanya yang konfrontatif. Sementara di dalam negeri pemerintah selalu
mendapat rongrongan dari golongan kekuatan politik “kontra-revolusi” (Muhammad
Sadli, Kompas, 27 Juni 1966, Penyunting Redaksi Ekonomi Harian Kompas, 1982).
Beberapa kebijaksanaan ekonomi –
keuangan:
1.
Dengan Keputusan
Menteri Keuangan No. 1/M/61 tanggal 6 Januari 1961: Bank Indonesia dilarang
menerbitkan laporan keuangan/ statistik keuangan, termasuk analisis dan
perkembangan perekonomian Indonesia.
2. Pada
tanggal 28 Maret 1963 Presiden Soekarno memproklamirkan berlakunya Deklarasi
Ekonomi dan pada tanggal 22 Mei 1963 pemerintah menetapkan berbagai peraturan
negara di bidang perdagangan dan kepegawaian.
3. Pokok
perhatian diberikan pada aspek perbankan, namun nampaknya perhatian ini
diberikan dalam rangka penguasaan wewenang mengelola moneter di tangan
penguasa. Hal ini nampak dengan adanya dualisme dalam mengelola moneter.
(Suroso, 1994).
4.
Kegagalan-kegagalan
dalam berbagai tindakan moneter itu diperparah karena pemerintah tidak
menghemat pengeluaran-pengeluarannya. Pada masa ini banyak proyek-proyek
mercusuar yang dilaksanakan pemerintah, dan juga sebagai akibat politik
konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara Barat. Sekali lagi, ini juga salahsatu
konsekuensi dari pilihan menggunakan sistem demokrasi terpimpin yang bisa
diartikan bahwa Indonesia berkiblat ke Timur (sosialis) baik dalam politik, ekonomi,
maupun bidang-bidang lain.
2.8 Bukti Kemegahan
Indonesia Peninggalan Orde Lama
1.
MASJID ISTIQAL
Masjid Istiqlal adalah
masjid yang terletak di pusat ibukota negara Republik Indonesia, Jakarta.
Masjid ini adalah masjid terbesar di Asia Tenggara. Masjid ini diprakarsai oleh
Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Sukarno di mana pemancangan batu
pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh
Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1951. Arsitek Masjid Istiqlal adalah
Frederich Silaban.Yang Seorang Kristen, dengan komplek gereja kathredal di
depannya,masjid ini berserta kathredal di depannya dapat melambangkan persatuan
etnis,suku,dan agama
2.
MONAS (MONUMEN
NASIONAL)
Monumen Nasional atau
yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan
setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan
perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan
kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17
Agustus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno, dan monumen ini dibuka untuk
umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi
lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen
Nasional yang terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat.
Monumen dan museum ini dibuka mulai pukul 08.00 - 15.00 Waktu Indonesia Barat
setiap hari sepanjang pekan, kecuali hari senin pada pekan terakhir setiap
bulannya monumen ini tutup. Dirancang oleh 2arsitek, salah satu nya arsitek
nomor 1 Indonesia, Silaban dan R. M. Soedarsono,Bahkan saat ini tugu ini
dilengkapi berbagai fasilitas seperti ruangan bawah tanah seperti bunker dan
berbagai peninggalan sejarah, budaya dan lain-lain Bangsa dan Negara Indonesia.
didalam bangunan ini terdapat beberapa objek yang terbuat dari emas.
3.
ISTANA BOGOR
Merupakan salah satu
dari enam Istana Presiden Republik Indonesia yang mempunyai keunikan
tersendiri. Keunikan ini dikarenakan aspek historis, kebudayaan dan fauna yang
menonjol. Salah satunya adalah adanya rusa – rusanya yang indah yang
didatangkan langsung dari Nepal dan tetap terjaga dari dulu sampai sekarang.
Saat ini sudah menjadi trend warga
Bogor dan sekitarnya setiap hari Sabtu, Minggu dan hari libur lainnya berjalan-
jalan diseputaran Istana Bogor sambil memberi makan rusa- rusa indah yang hidup
di halaman Istana Bogor dengan wortel yang diperoleh dari petani- petani
tradisional warga Bogor yang selalu siap sedia menjajakan wortel- wortel
tersebut setiap hari libur.
2.9
pola kebijakan ekonomi orde lama
Pola.Kebijakan.Ekonomi.Orde.lama.Pada
awal kemerdekaan tahun 1945-1949, ekonomi nasional mengalami kemandegan karena
rakyat Indonesia sedang berjuang mempertahankan kemerdekaan. Seluruh potensi
yang ada di kerahkan untuk mendukung pejuangan agar kemerdekaan yang telah di
proklamirkan dapat dipertahankan. Baru setelah indonesia benar-benar memperoleh
kemerdekaaan secara de fakto dan de jure dari penjajah Belanda dan Jepang,
pemerintahan Indonesia yang terbentuk mulai memfokuskan kinerjanya pada
masalah-masalah perekonomian. Namun pada waktu itu, Indonesia yang baru saja
merdeka dari tangan penjajah terjebak di antara dua kutub ideologis, yaitu
Kapitalisme dan Komunisme.
Dua
kutub tersebut menjadi suatu keniscayaan dari pengutuban ideologi politik pasca
perang, Amerika serikat di kubu Kapitalis, dan Uni Soviet di kubu Komunis.
Bisanya negara-negara bekas jajahan termasuk Indonesia, secara ideologi politik
sangat berdekatan dengan nilai-nilai sosialisme, karena sifat-sifat
anti-imperialismenya. Pada waktu itu di Indonesia sendiri, terjadi perbedaan
pandangan dan polemik mengenai pembangunan ekonomi pasca kemerdekaan. Perbedaan
pandangan ini berkisar antara aliran “revolusi belum selesai” dan “revolusi
telah selesai”. Saat itu, ada pendapat yang di pelopori oleh Bung Karno, “bahwa
revolusi Indonesia belum selesai, yaitu dengan mengusir imperialisme dan
menghapuskan feodalisme. Selama dua fenomena ini belum diselesaikan, maka
Indonesia belum siap membangun”. Pendapat lain yang di pelopori oleh bung
Hatta, lebih berpendapat, “bahwa semua kegiatan revolusi hendaknya di hentikan
segera agar pemerintah bisa melakukan konsolidasi untuk memulai pembangunan
ekonomi” .
Tampaknya dari kedua pendapat yang di pelopori
oleh para fonding father tersebut, mungkin pendapat yang dapat di terima pada
saat itu oleh pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia secara rasional adalah
pendapat dari Bung Hatta. Karena yang patut disadari adalah bahwa setelah
Indonesia merdeka dari bangsa-bangsa imperialis, negara Indonesia bisa
dikatakan sangat minim Sumber Daya Modal yang akan digunakan untuk membangun
kembali perekonomian Indonesia yang hancur di sebabkan oleh penjajahan tiga
setengah abad lamanya. Untuk itulah, pendapat dari Bung Hatta sangat besar
sekali pengaruhnya bagi kebijakan ekonomi Indonesia, sehingga pendapat tersebut
diimplementasikan secara pragmatis dalam periode Demokrasi Parlementer
1950-1957 . Pada periode ini, pemerintahan di pimpin oleh seorang Perdana
Menteri M. Natsir yang berasal dari Partai Masyumi.
Kebijaksanaan
ekonomi pada periode kabinet Natsir beranggapan bahwa, pertama : modal asing
diperlukan oleh perekonomian Indonesia, kedua : modal asing dapat di awasi
dengan melalui peraturan pemerintah, ketiga : nasionalisasi perusahaan asing
tidak ada gunanya apabila modal asing belum bisa di gantikan oleh
perusahaan-perusahaan pribumi yang mampu mempertahankan tingkat produktivitas
dan efisiensi tehnik serta manajemen yang setara. Dr. Soemitro Djojohadikusumo,
sebagai Menteri Perdagangan dan Industri pada peiode demokrasi parlementer juga
berpendapat, bahwa “negara harus memainkan peran yang menentukan, terutama pada
tahap awal pembangunannya dan bahwa pengusaha-pengusaha asing mutlak harus di
awasi karena belum terdapat kelompok-kelompok pengusaha yang kreatif dari
kalangan bangsa Indonesia.sendiri” . Dari Kebijakan ekonomi yang telah di
keluarkan oleh pemerintah Indonesia pasca kemerdekaan, terlihat sangat jelas
sekali nilai-nilai nasionalisme yang terkandung dalam kebijakan “ekonomi
nasional” Indonesia. Dalam hal ini banyak pengamat ekonomi di Indonesia
menyebutkan bahwa periode tersebut adalah periode “nasionalisme ekonomi” yang
berarti mencakup tiga dimensi pembangunan ekonomi Indonesia. Pertama, suatu
perekonomian yang beragam dan stabil, yang berarti di tiadakannya ketergantungan
yang besar kepada ekspor bahan mentah. Kedua, suatu perekonomian yang sudah
berkembang dan makmur atau pembangunan ekonomi.
Ketiga,
suatu perekonomian dimana satu bagian yang penting dari pemilikan, pengawasan
dan pengelolaan di bidang ekonomi berada di tangan golongan pribumi atau negara
Indonesia, yang berarti pengalihan penguasaan dan pengelolaan atas
kegiatan-kegiatan ekonomi dari tangan orang-orang barat dan Cina ke tangan
orang-orang Indonesia. Untuk melaksanakan kebijakan nasionalisme ekonomi, pemerintahan
pasca kemerdekaan melaksanakan proteksi, satu di antara beberapa keputusan yang
di ambil oleh pemerintah Indonesia adalah menentukan dan memilih
importir-importir yang layak di beri bantuan pemerintah. Para pengusaha yang
dapat melalui penyaringan itu dan berhak atas bantuan pemerintah, biasanya
dinamakan importir-importir “Benteng”.
Secara
garis besar, kebijakan yang telah di ambil oleh pemerintahan pasca kemerdekaan
sebenarnya banyak memberikan perubahan-perubahan mendasar dalam kegiatan pembangunan
ekonomi, hal ini terbukti dengan munculnya kegiatan sektor informal yang
menjadi soku guru perekonomian Indonesia saat itu. Di sektor perdagangan,
pemerintah melakukan tindakan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda.
Perusahaan di ambil oleh pemerintah, dan seluruh kegiatan ekspor dan impor di
tangani perusahaan negara. Kebijakan ini memberikan kemudahan bagi industri
kecil untuk mendapatkan bahan baku. Industri kecil, terutama tekstil berkembang
pesat. Namun akibat perbedaan pandangan mengenai perananan perusahaan swasta
dan asing dalam mendongkrak perekonomian di Indonesia, muncul polemik antara
kelompok moderat dan konservatif yang di wakili oleh Partai Masyumi dan PSI,
yang saat itu berada pada posisi pucuk pememerintahan, dengan kerlompok radikal
yang di wakili oleh partai ultra nasionalis radikal, yang menghendaki perubahan
struktural yang mendasar dalam perekonomian .
Akibat
polemik yang berkelanjutan mengenai model pembangunan ekonomi yang sesuai di
Indonesia pada awal kemerdekaan menimbulkan konsekwensi langsung dengan tidak
adanya kontinuitas, karena pemerintahan atau kabinet seringkali mengalami
pergantian dan tidak mempunyai waktu yang cukup untuk mengimplementasikan
program-programnya dan jatuh sebelum bekerja. Sistem pemerintahan parlementer
di Indonesia waktu itu sesungguhnya tidak sejalan dengan subtansi demokrasi .
Yang
lebih parah lagi adalah pembangunan ekonomi di Indonesia pasca kemerdekaan
selalu gagal di karenakan konflik yang berlangsung antara dua kelompok yang
menganut dua pandangan yang saling bertentangan mengenai kebijakan ekonomi,
pimpinan politik yang konservatif pragmatis lawan pimpinan politik
ultra-nasionalis radikal .
Konflik
ini hampir-hampir tak pernah menghasilkan konsensus nasional. Malahan yang
terjadi, seperti yang secara ekstrem di kemukakan oleh Sutter, adalah bahwa
kedua kelompok itu seringkali “saling menjegal dan pemerintah (seringkali)
tetap mandeg dan tidak mampu menangani masalah (ekonomi) tertentu” . Adanya
konflik tersebut (paling tidak untuk sebagian) menyebabkan patronase politik
tersebar luas di antara ke-27 partai politik selama berlangsungnya periode ini,
yang sekitar 20 di antaranya memegang kekuasaan yang besar pada tingkat
nasional dengan menggunakan cara-cara yang sangat mengagumkan di dalam kabinet
dan birokrasi .
Dalam
lingkungan seperti inilah klik-klik, dalam hal ini partai-partai politik, yang
merupakan saluran yang jelas, merupakan satuan-satuan utama dalam proses
politik dan menggalakan fungsi patronase dalam masyarakat . Puncak dari
permasalahan tersebut akibat konflik yang berkepanjangan mengenai pembangunan
ekonomi, telah mencapai klimaks-nya ketika pada tahun 1959 Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden tanggal 5 Juli i959, yang mengakhiri sistem
demokrasi parlementer dan menggantinya dengan Demokrasi Terpimpin 1959-1965.
Pada periode demokrasi terpimpin terkenal suatu istilah MANIPOL-USDEK yang
dirinci oleh Dr. Roeslan Abdulgani, yang memilik arti, UUD 1945, Sosialisme
Indonesia, Ekonomi Terpimpin dan Kepribadian Bangsa Indonesia, sebagai suatu
kebijakan baru mengenai pembangunan ekonomi di negara Indonesia.
Dalam
fase pertama Demokrasi Terpimpin (1960-1963) peran elit Angkatan Darat
Indonesia yang di pengaruhi oleh paham neo-Keynesian tampak jelas, dalam fase
kedua (1963-1965) di tandai oleh peran sentral yang di mainkan oleh PKI dalam
kehidupan politik. Inisiatif bergeser dari Angkatan Darat, yang terutama sibuk
dengan usaha mengkonsolidasikan apa yang telah di capainya dan untuk
mempertahankan posisinya, kepada Presiden Soekarno dan PKI yang mendorong
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang radikal dan militan di dalam negeri maupun
gelanggang internasional. Situasi ini pada akhirnya mengakibatkan ambruknya
hubungan segitiga dan keseimbangan kekuasaan antara Presiden Soekarno, Angkatan
Darat dan PKI, ketika enam Jenderal Angkatan darat dibunuh secara keji dalam
suatu percobaan “kup” yang dilancarkan oleh Gerakan 30 September (G.30/S),
peristiwa yang paling berdarah dalam sejarah Indonesia .
Sementara saat demokrasi terpimpin, Presiden Soekarno tampil menjadi penguasa yang otoriter, angkatan darat secara mantap meluaskan dan memperkukuh kekuasaan politiknya dan partai-partai politik praktis tidak berdaya dan semakin lemah, kecuali PKI yang memperluas pengaruh politiknya di bawah perlindungan Presiden Soekarno . Tampak jelas sekali, bahwa pada periode demokrasi terpimpin ini politik telah menjadi sedemikian rupa, sehingga politik menjadi panglima, dan jalan sosialisme lebih dikembangkan dengan cara manasionalisasi hampir seluruh perusahaan swasta dan asing yang berada di seluruh Indonesia. Kiranya apa yang menjadi polemik awal antara Soekarno dan Hatta mengenai “revolusi belum selesai” dan “revolusi sudah selesai” semakin menjadi-jadi pada periode ini. Soekarno yang mengangkat dirinya sebagi presiden seumur hidup, kian memantapkan slogan-slogannya tentang revolusi yang abadi.
Sementara saat demokrasi terpimpin, Presiden Soekarno tampil menjadi penguasa yang otoriter, angkatan darat secara mantap meluaskan dan memperkukuh kekuasaan politiknya dan partai-partai politik praktis tidak berdaya dan semakin lemah, kecuali PKI yang memperluas pengaruh politiknya di bawah perlindungan Presiden Soekarno . Tampak jelas sekali, bahwa pada periode demokrasi terpimpin ini politik telah menjadi sedemikian rupa, sehingga politik menjadi panglima, dan jalan sosialisme lebih dikembangkan dengan cara manasionalisasi hampir seluruh perusahaan swasta dan asing yang berada di seluruh Indonesia. Kiranya apa yang menjadi polemik awal antara Soekarno dan Hatta mengenai “revolusi belum selesai” dan “revolusi sudah selesai” semakin menjadi-jadi pada periode ini. Soekarno yang mengangkat dirinya sebagi presiden seumur hidup, kian memantapkan slogan-slogannya tentang revolusi yang abadi.
Kekuasaannya
semakin tersentralistik, semua surat kabar di beri keleluasaan untuk
menyediakan kolom penyebarluasan ajaran revolusi Soekarno. Setiap orang, kelompok
ataupun partai politik yang tidak menyetujui ataran-aturannya di anggap
“kontra-revolusioner”, lalu di tangkap dan di berangus, dan beliau memenuhi
penjara-penjara dengan lawan-lawan politiknya. Namun di balik itu semua, tanpa
di sadari akibat kebijakan politik “revolusioner” yang di jalankan dalam
demokrasi terpimpin ini, bencana ekonomi sedang menghadang negara Indonesia.
Sikap masa bodoh pemerintahan Soekarno terhadap soal-soal ekonomi, tidak
konsistennya rencana-rencana ekonomi yang silih berganti dan buruknya
implementasi kebijaksanaa ekonomi merupakan penyebab kekacauan di bidang
ekonomi. Indeks biaya hidup di negara Indonesia membumbung tinggi dari basis
100 dalam tahun 1957 menjadi 36.000 pada tahun 1965. Jumlah uang dalam
peredaran naik dari 30 miliar hingga hampir 1 triliun rupiah dalam periode yang
sama itu. Pada akhir tahun 1965, defisit anggaran membengkak menjadi jumlah
yang amat besar, 1,5 triliun rupiah, dan Indonesia mulai mengabaikan pembayaran
hutang luar negerinya. Bagian terberat dari dislokasi ekonomi disebabkan oleh
para pekerja di lingkungan white collar (kertas putih) dan blue collar (kertas
biru) wliayah perkotaan.
Di
banyak bagian daerah pedalaman, para petani menimbun hasil panen mereka,
menukar produk mereka kepada pengusaha-pengusaha kecil. Dan di mana dan kapan
mereka dapat membayar hutang mereka dengan mata uang yang rendah nilainya.
Tetapi petani juga harus membayar banyak karena sangat kurangnya pupuk dan
pestisida yang membuat berkurangnya hasil pertanian, selain itu juga karena
situasi dan lingkungan pedesaan yang semakin terancam dan kurang aman yang di
sebabkan oleh iklim politik yang di warnai dengan gelombang pembunuhan . Pada
malam peristiwa G.30/S, rupiah tidak lebih bernilai daripada kertas yang
dicetak, memang biaya mencetak uang rupiah melampaui nilai uang yang tercetak .
Tak dapat di sangkal, sebagaimana diamati oleh seorang agronomis, “Indonesia,
terpuruk di karenakan terjadinya mis-manajemen selama lebih dari satu dekade” .
Bung Hatta yang ikut menandatangani proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia dengan Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945,
dan kemudian pecah jalan dengan Soekarno, memberikan tanggapan, “Nasib
Indonesia kini lebih suram dibanding dengan waktu rezim kolonial Belanda” .
Akhirnya pasca kejadian G.30/S, di tingkatan bawah, rakyat dan mahasiswa dengan
slogan “Tiga Tuntutan Rakyat” (Tritura) meminta Presiden Soekarno mundur dari
jabatannya, karena dinilai telah gagal dalam membangun perekonomian Indonesia,
dan di tingkat elit terjadi “kup” yang mengakibatkan di sisihkannya Soekarno
dari kehidupan politik, penghancuran total PKI beserta semua organisasinya, dan
tampilnya militer secara dominan dalam kehidupan politik. Maka berakhirlah masa
Orde Lama dengan membawa “drama revolusinya yang belum selesai”.
2.10
Kelebihan
dan Kelemahan Kepemerintahan Soekarno
Kelebihan
1.
Nasionalisasi Bank Java
menjadi Bank Indonesia.
2. Mengamankan
usaha-usaha yang menyangkut harkat hidup orang banyak, sehingga dapat di
manfaatkan oleh rakyat.
3. Berusaha
memutuskan kontrol Belanda dalam bidang perdagangan ekspor-impor
Serta beberapa kebijakan lainya yang ditujukan untuk memajukan perekonomian indonesia.
Serta beberapa kebijakan lainya yang ditujukan untuk memajukan perekonomian indonesia.
4. Sejak
tahun 1955, pembangunan ekonomi mulai meramba ke proyek-proyek besar. Hal ini
dikuatkan dengan keluarnya kebijakan Rencana Pembangunan Semesta Delapan Tahun
(1961). Kebijakan ini berisi rencana pendirian proyek-proyek besar dan beberapa
proyek kecil untuk mendukung proyek besar tersebut.
5. Rencana
ini mencakup sektor-sektor penting dan menggunakan perhitungan modern. Namun
sayangnya Rencana Pembangunan Semesta Delapan Tahun ini tidak berjalan atau
dapat dikatakan gagal karena beberapa sebab seperti adanya kekurangan devisa
untuk menyuplai modal serta kurangnya tenaga ahli.
6. Dapat
menghasilkan rencana produksi lima tahun yang dikenal dengan nama Kasimo Plan.
7. Melakukan
Kebijakan atas pemotongan nilai mata uang.Keuntungan dari kebijakan ini adalah
rakyat kecil tidak dirugikan karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya
orang-orang kelas menengah dan kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat
mengurangi jumlah uang yang beredar ,maka pemerintah mendapat kepercayaan dari
pemerintah Belanda dengan mendapat pinjaman sebesar Rp. 200 juta.
8. Dapat
menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.
9. Para
pengusaha pribumi secara bertahap dapat berkembang menjadi maju.
10.
Dapat bekerjasama
antara pengusaha pribumi dan non pribumi dalam memajukan perekonomian
Indonesia.
Kelemahan
1.
Terjadinya pengeluaran
besar-besaran yang bukan ditujukan untuk pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
melainkan berupa pengeluaran militer untuk biaya konfrontasi Irian Barat, Impor
beras, proyek mercusuar, dan dana bebas (dana revolusi) untuk membalas jasa
teman-teman dekat dari rezim yang berkuasa.
2. Perekonomian
juga diperparah dengan terjadinya hiperinflasi yang mencapai 650%. Selain itu
Indonesia mulai dikucilkan dalam pergaulan internasional dan mulai dekat dengan
negara-negara komunis.
3. Adanya
blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan
luar negri RI.
4. Kas
negara kosong.
5. Buruk
nya perekonomian karena Pengusaha pribumi kalah dalam bersaing dengan pengusaha
nonpribumi yang di sebabkan perekonomian di serahkan pada pasar sesuai
teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer.
6. Pembentukan
Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia
dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi
perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-barang naik 400%.
7. Devaluasi
yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp
1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah
lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih
tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah
meningkatkan angka inflasi.
8. Kegagalan-kegagalan
dalam berbagai tindakan moneter itu diperparah karena pemerintah tidak
menghemat pengeluaran-pengeluarannya.
9. Pada
masa ini banyak proyek-proyek mercusuar yang dilaksanakan pemerintah, dan juga
sebagai akibat politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara
Barat.Sekali lagi, ini juga salah satu konsekuensi dari pilihan menggunakan
sistem demokrasi terpimpin yang bisa diartikan bahwa Indonesia berkiblat ke
Timur (sosialis) baik dalam politik, ekonomi, maupun bidang-bidang lain.
10.
Beredarnya
lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali.
BAB
III
ANALISIS
Ir.Soekarno seorang Proklamator RI yang dikenal sebagai seorang yang
idealis dengan Komitmen nya yang tinggi untuk menyejahterakan rakyat dan
membebaskan imperalisme dan kolonialisme barat. Ir.Soekarno seorang komunikator
yang ulung dengan paham nasionalisme, islamisme dan komunisme dan menyebarkan
paham marxisme ini memperoleh kesuksesan dengan merumuskan ajaran marhaenisme
/marxisme dan tidak hanya itu beliau adalah sang pendiri partai nasional
indonesia atau yang disebut juga dengan
(PNI),ir soekarno juga telah banyak berjasa kepada negara ini sang pencetus
pancasila sebagai dasar negara ini berhasil memproklamirkan kemerdekaan RI pada
17 agustus 1945,dan beliau juga merupakan seorang pencetus adanya KAA tahun
1955 di bandung ,dalam memipin sebuah negara tidak lah semudah membalikan
telapak tangan ,ada beberapa kegagalan yang dialami ir Soekarno selama menjabat
sebagai presiden RI yaitu gagal mempersatukan irian barat dan gagalnya
menangani krisis politik yang melanda tahun 1966.
pada tahun ini juga dari segi
ekonomi terdapat pernyataan penolakan soekarno terhadap berbagai bantuan asing
karena paham nasionalisme yang dianut inilah yang dapat diartikan dengan
keyakinan bahwa pembangunan di indonesia termasuk dalam bidang ekonomi harus
berasal dari diri bangsa itu sendiri dan pada akhirnya pada tahun ini pun
terjadi inflasi sebesar 600%
Pertahun dan pada akhirnya membuat
kekacauan ekonomi di indonesia.keadaan ini diperparah dengan eksploitasi SDM
dan SDA secara besar-besaran yang berakibat pada perekonomian
diindonesia,kesalahan lagi dalam masa pemerintaha soekarno adalah penerapan sistem
ekonominya yang menggunakan sistem ekonomi liberal dimana pengusaha pribumi
masih lemah bersaing dengan nonpribumi,dan pada akhirnya malah memperburuk
ekonomi setelah kemerdekaan,dalam upaya mengatasi anjloknya ekonomi indonesia
pada saat itu dengan menerapkan nasionalisasi bank de javasche bank dan
mengurangi jumlah uang yang beredar agar harga turun (gunting syarifudin),dan
penerapan sistem perekonomian ali baba yang menyediakan kredit lisensi bagi
usaha swasta nasional.namun sistem ini pun harus kandas karena program ini
tidak berjalan dengan baik dan kurangnya pengalaman pada pengusaha pribumi.
Dan pada akhirnya sistem sistem
tersebut dirubah menjadi masa demokrasi terpimpin
Yang menerapkan pembentukan
deklarasi ekonomi ,devaluasi ,dan proyek mercusuar yang dilaksanakan pemerintah
yang kemudian gagal lagi karena pemerintah tidak menghemat pengeluaran
pengeluarannya,sekali lagi ini adalah konsekuensi dari pilihan menggunakan
sisteem demokrasi terpimpin yang selalu berkiblat pada sosialis
BAB
IV
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pada masa perekonomian indonesia orde lama ,setelah kemerdekaan hingga
tahun 1965 perekonomian indonesia memasuki era sulit,karena bangsa indonesia
mengalami pergolakan sosial politik dan keamanan yang sangat dahsyat sehingga
pertumbuhan ekonomi kurang mendapat perhatian pada saat itu perekonomian
indonesia masih sangat lah minim dan perusahaan perusahaan pada saat itu
mayoritas dimiliki oleh asing,keadaan ini diperparah dengan eksploitasi SDA dan
SDM di indonesia oleh asing sehingga makin memperburuk ekonomi indonesia pada
masa itu ,Soekarno memang telah menciptakan suatu konsep untuk menyatukan
bangsa dengan pancasilanya bahkan dengan pancasila ini semua yang berbeda –
beda merasa satu dan kesatuan,menimbulkan sikap kebersamaan gotong royong dan
beliau merupakan proklamator kemerdekaan untuk Negara Indonesia. namun walau
bagaimana pun seorang pemimpin politik tentu memiliki kekurangan yang menjadi
kehancuran kepemimpinanya,namun dari sekian banyak kekurangannya yang dimiliki
hendaknya kekurangan ini menjadi pelajaran untuk pemimpin selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://nohfendi.blogspot.com/2013/01/contoh-kasuskepemimpinan.html
Nalia,Wahyu.2011. Sejarah Presiden Pertama Negara.
http://wahyunalia.blogspot.com/2011/06/sejarah-presiden
pertamanegara.html
Zhepa, Rusdi. 2012. Perkembangan pemerintah orde lama orde baru dan
reformasi.
http://rushdiezhepa.wordpress.com/2012/08/23/perkembangan-pemerintah-orde-lama-orde-baru-dan-reformasi/
http://onlinebuku.com/2009/03/06/sejarah-perekonomian-indonesia/
http://wikipedia.com/sejarah-perekonomian-indonesia/
http://farm4.static.flickr.com/3475/3863058767_5e0036314a.jpg