Diajukan
untuk melengkapi tugas (softskill) dengan jadual perkulihan yaitu Etika Profesi
Akuntansi
Dosen
:
Evan Indrajaya
Disusun
Oleh :
Nama
: Niken Permata Sari
NPM
: 27214939
Kelas :4EB31
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2017
I.
Pendahuluan
Perusahaan
pembiayaan adalah badan usaha khusus didirikan untuk melakukan sewa guna usaha,
anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan /atau usaha kartu kredit. Fasilitas
yang diadakan oleh perusahaan pembiayaan sangat meringankan beban konsumen yang
kekurangan dana untuk membeli barang yang dibutuhkannya untuk mendukung
kegiatannya. Oleh karena itu perusahaan pembiayaan menjadi salah satu pilihan
terutama untuk pembiayaan kendaraan. Di tahun 2014 rata-rata industri mengalami
masa sulit dan resesi.
Akibatnya
industri otomotif pun ikut terkena dampaknya, termasuk para pelaku bisnis
pembiayaan kendaraan. PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk yang merupakan salah
satu perusahaan pembiayaan kendaraan terbesar di Indonesia juga ikut mengalami
masa sulit di tahun 2014. Pada tahun tersebut perusahaan mengalami penurunan
laba bersih sebesar 56,03% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ini merupakan
penurunan laba bersih tebesar dalam periode lima tahun terakhir.
Hal
ini membuat perusahaan harus mengevaluasi kembali kinerja perusahaannya.
Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangannya melalui
analisis rasio keuangan dan Du Pont. Analisis Du Pont menggabungkan rasio yang
terdapat dalam neraca dan rasio yang terdapat pada laporan laba rugi ke dalam
dua ringkasan alat ukur keuangan sehingga dapat dilihat bagaimana kinerja
keuangan perusahaan dan melalui analisis rasio peneliti juga membandingkan
kinerja perusahaan dengan rata-rata industri sejenis sehingga dapat dilihat
apakah perusahaan berada di bawah, sama atau di atas rata-ratanya.
II.
Kajian Pustaka
2.1
Manajemen Keuangan
Pengertian
manajemen keuangan menurut Bambang Riyanto (2008:4), menerangkan bahwa:
“Manajemen keuangan sebagai keseluruhan aktivitas perusahaan yang bersangkutan
dengan mendapatkan dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan
syarat-syarat yang paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana
tersebut seefisien mungkin”.
2.2
Pengertian Laporan Keuangan
Pengertian
laporan keuangan menurut Martono dan Agus (2007:51) yaitu “laporan keuangan
merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat
tertentu”. Menurut Fahmi (2011:2) definisi laporan keuangan adalah “laporan
keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu
perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran
kinerja keuangan perusahaan tersebut”.
2.3
Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut
Riyanto (2008:253) kinerja keuangan adalah “suatu kegiatan untuk melakukan
kegiatan pelaporan keuangan menurut standar keuangan yang telah ditetapkan”.
Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diartikan sebagai prospek atau masa
depan, pertumbuhan dan potensi perkembangan yang baik bagi perusahaan.
2.4
Tujuan Analisis Kinerja Keuangan
Menurut
Munawir (2004:31), tujuan pengukuran kinerja keuangan adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengukur tingkat
likuiditas
b. Untuk mengetahui tingkat
solvitabilitas,
c. Untuk mengetahui tingkat
profitabilitas dan rentabilitas
d. Untuk mengetahui tingkat
aktivitas usaha
2.5
Analisis Rasio Keuangan
Menurut
Munawir (2004:37) Analisa Rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui
hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara
individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Menurut Munawir (2004:68)
Berdasarkan sumber datanya maka angka rasio dapat dibedakan menjadi :
1. Rasio-rasio neraca (balance
sheet ratio)
2. Rasio-rasio laporan laba rugi
(income statement rations)
3. Rasio-rasio antar laporan
(interstatement ratios)
Sedangkan berdasarkan tujuannya,
angka-angka rasio keuangan dapat diklasifikasikan sebagi berikut :
1. Rasio
Likuiditas
Menurut Harahap (2007:301), rasio
likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban
jangka pendeknya.
2. Rasio
Solvabilitas
MenurutHarahap (2007:303), rasio ini
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya
atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.
3. Rasio
Aktivitas
Menurut Harahap (2010: 308), rasio
ini mengambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan
operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya.
4. Rasio
Profitabilitas
Menurut Harahap (2007:304), rasio
profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan, dan sumber yang ada.
2.6 Analisis Du Pont
Brigham dan Houston (2010:156) menyatakan
bahwa persamaan Du Pont yang diperluas dapat menunjukkan bagaimana margin laba,
rasio perputaran total aset, dan equity multiplier bergabung untuk menentukan
tingkat pengembalian atas ekuitas. Manajemen dapat mengggunakan persamaan
Du
Pont yang diperluas untuk menganalisis cara-cara memperbaiki kinerja
perusahaan. Persamaan
Du Pont yang diperluas yang menunjukkan bagaimana margin laba, rasio perputaran
total aset, dan pengganda ekuitasnya bergabung untuk menetukan ROE.
III. Metode Penelitian
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian Objek penelitian dari penulisan
ini adalah perusahaan pembiayaan yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia)
yaitu PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk dengan alamat kantor pusat di
Landmark Centre Tower A lantai 26-31, Jalan Jend Sudirman Kav. 1, Jakarta
Selatan. Waktu penelitian dimulai pada awal peneliti menemukan fenomena yaitu
bulan Februari 2015 sampai dengan Juni 2015.
3.2 Pengumpulan Data
Didalam penelitian ini, teknik pengumpulan
data dilakukan melalui penelitian kepustakaan dan data sekunder laporan
keuangan yang diperoleh dari www.idx.co.id pada tahun 2013 dan 2014.
3.3 Metode Analisis
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan
metode deskriptif kuantitatif dengan tujuan ingin mendeskripsikan fenomena
tentang kinerja keuangan dengan melakukan
perhitungan yang relevan terhadap fenomena yang diteliti dan menggunakan tabel,
grafik dan bagan sesuai dengan relevansi fenomena. Langkah-langkah yang
digunakan dalam metode analisis ini adalah
1.
Menyediakan laporan keuangan perusahaan meliputi nerasa dan laporan laba rugi
pada periode 2013-2014.
2.
Menghitung dengan menggunakan analisis rasio dan membandingkannya dengan
rata-rata industri sejenis di BEI.
3.
Menghitung dengan menggunakan analisis Du Pont pada periode yahun 2013-2014.
IV. Pembahasan
Berikut
ini merupakan hasil analisis rasio keuangan perusahaan serta dibandingkan
dengan rata-rata industri sejenis di BEI.
1.
Rasio Likuiditas
a.
Current Ratio
Hasil current ratio PT ADMF mengalami penurunan sebesar 12,04% pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri current ratio PT ADMF pada tahun 2013 dan 2014 berada di atas rata-rata industri, hal ini berarti kondisi perusahaan masih dalam kondisi yang likuid dibanding perusahaan lain sejenisnya.
Hasil current ratio PT ADMF mengalami penurunan sebesar 12,04% pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri current ratio PT ADMF pada tahun 2013 dan 2014 berada di atas rata-rata industri, hal ini berarti kondisi perusahaan masih dalam kondisi yang likuid dibanding perusahaan lain sejenisnya.
b.
Cash Ratio
Hasil cash ratio PT ADMF mengalami penurunan sebesar 36,55% pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri cash ratio PT ADMF pada tahun 2013 berada di atas rata-rata industri, hal ini berarti kondisi perusahaan masih dalam keadaaan yang likuid dibanding perusahaan lain sejenisnya. Sedangkan pada tahun 2014 cash ratio berada dibawah rata-rata industri, hal ini berarti kondisi perusahaan kurang likuid dibanding perusahaan lain sejenisnya.
Hasil cash ratio PT ADMF mengalami penurunan sebesar 36,55% pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri cash ratio PT ADMF pada tahun 2013 berada di atas rata-rata industri, hal ini berarti kondisi perusahaan masih dalam keadaaan yang likuid dibanding perusahaan lain sejenisnya. Sedangkan pada tahun 2014 cash ratio berada dibawah rata-rata industri, hal ini berarti kondisi perusahaan kurang likuid dibanding perusahaan lain sejenisnya.
2.
Rasio Solvabilitas
a.
Debt Ratio
Hasil debt ratio PT ADMF mengalami peningkatan sebesar 7,25% pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri debt ratio PT ADMF pada tahun 2013 dan 2014 berada di atas rata-rata industri, hal ini berarti risiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi dibanding perusahaan lain sejenisnya
Hasil debt ratio PT ADMF mengalami peningkatan sebesar 7,25% pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri debt ratio PT ADMF pada tahun 2013 dan 2014 berada di atas rata-rata industri, hal ini berarti risiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi dibanding perusahaan lain sejenisnya
b.
Debt to Equity Ratio
Hasil DER PT ADMF mengalami peningkatan sebesar 53,33% pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Jika dibandingkan rata-rata industri DER PT ADMF pada tahun 2013 dan 2014 berada di atas rata-rata industri, hal ini berarti perusahaan dibiayai oleh utang lebih banyak dan risiko pengembalian pinjaman kepada kreditur lebih besar dibanding perusahaan lain sejenisnya.
Hasil DER PT ADMF mengalami peningkatan sebesar 53,33% pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Jika dibandingkan rata-rata industri DER PT ADMF pada tahun 2013 dan 2014 berada di atas rata-rata industri, hal ini berarti perusahaan dibiayai oleh utang lebih banyak dan risiko pengembalian pinjaman kepada kreditur lebih besar dibanding perusahaan lain sejenisnya.
3.
Rasio Aktivitas
a.
Receivable Turn Over
Hasil RTO PT ADMF mengalami peningkatan sebesar 5,85% pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri RTO PT ADMF pada tahun 2013 dan 2014 berada dibawah rata-rata industri, hal ini berarti penagihan piutang yang dilakukan perusahaan dianggap lebih lama dibanding perusahaan lain sejenisnya.
Hasil RTO PT ADMF mengalami peningkatan sebesar 5,85% pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri RTO PT ADMF pada tahun 2013 dan 2014 berada dibawah rata-rata industri, hal ini berarti penagihan piutang yang dilakukan perusahaan dianggap lebih lama dibanding perusahaan lain sejenisnya.
b.
Total Assets Turn Over
Hasil TATO PT ADMF mengalami peningkatan sebesar 7,69% pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Jika dibandingkan rata-rata industri TATO PT ADMF pada tahun 2013 dan 2014 berada di atas rata-rata industri, hal ini berarti perusahaan sudah mampu memaksimalkan aset yang dimilikinya dibanding perusahaan lain sejenisnya.
Hasil TATO PT ADMF mengalami peningkatan sebesar 7,69% pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Jika dibandingkan rata-rata industri TATO PT ADMF pada tahun 2013 dan 2014 berada di atas rata-rata industri, hal ini berarti perusahaan sudah mampu memaksimalkan aset yang dimilikinya dibanding perusahaan lain sejenisnya.
4.
Rasio Profitabilitas
a.
Return On Assets
Hasil ROA PT ADMF mengalami penurunan sebesar 54,46% pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Jika dibandingkan rata-rata industri ROA PT ADMF pada tahun 2013 berada di atas rata-rata industri, hal ini berarti tingkat pengembalian aset berada dalam kondisi yang baik dibanding perusahaan lain sejenisnya. Sedangkan pada tahun 2014 ROA berada di bawah rata-rata industri, hal ini berarti kondisi tingkat pengembalian aset tidak baik dibandingkan perusahaan lain sejenisnya.
Hasil ROA PT ADMF mengalami penurunan sebesar 54,46% pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Jika dibandingkan rata-rata industri ROA PT ADMF pada tahun 2013 berada di atas rata-rata industri, hal ini berarti tingkat pengembalian aset berada dalam kondisi yang baik dibanding perusahaan lain sejenisnya. Sedangkan pada tahun 2014 ROA berada di bawah rata-rata industri, hal ini berarti kondisi tingkat pengembalian aset tidak baik dibandingkan perusahaan lain sejenisnya.
b. Return On Equity
Hasil ROE PT ADMF mengalami penurunan sebesar 34,90% pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Jika dibandingkan rata-rata industri ROE PT ADMF pada tahun 2013 dan 2014 berada di atas rata-rata industri, hal ini menunjukkan tingkat pengembalian ekuitas perusahaan masih dalam kondisi yang baik dibandingkan perusahaan lain sejenisnya.
Hasil ROE PT ADMF mengalami penurunan sebesar 34,90% pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Jika dibandingkan rata-rata industri ROE PT ADMF pada tahun 2013 dan 2014 berada di atas rata-rata industri, hal ini menunjukkan tingkat pengembalian ekuitas perusahaan masih dalam kondisi yang baik dibandingkan perusahaan lain sejenisnya.
5.
Analisis Du Pont
Hasil
analisis Du Pont menunjukkan bahwa ROE PT ADMF pada tahun 2014 mengalami
penurunan sebesar 34,91%, hal ini disebabkan karena adanya penurunan ROA
sebesar 54,48%, walaupun ada peningkatan pada pengganda ekuitasnya sebesar
42,91%. ROA mengalami penurunan dikarenakan adanya penurunan atas margin laba
bersih sebesar 57,00%, walaupun perputaran aktiva mengalami peningkatan sebesar
7,69%.
Penurunan margin laba bersih dipengaruhi
oleh penurunan laba bersih sebesar 56,03%, hal ini dikarenakan terlalu besarnya
total biaya yang dikeluarkan pada tahun 2014. Total biaya operasional meningkat
sebesar 17,84%, sementara penjualan hanya meningkat sebesar 2,31%. Walaupun
pada periode ini terjadi peningkatan pada perputaran aktivanya yang disebabkan
karena adanya penurunan pada total aktiva sebesar 3,43%. Namun peningkatan
perputaran aktiva ini tidak diimbangi dengan kenaikan margin laba bersih,
sehingga ROE yang dihasilkan menurun.
V.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh penulis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Kinerja keuangan PT ADMF pada
periode tahun 2013 dan 2014 dilihat dari rasio likuiditasnya terlihat bahwa
perusahaan masih kurang likuid dikarenakan adanya penurunan pada curent ratio
dan cash ratio yang berarti kemampuan perusahaan menurun untuk membayar
utangnya yang akan jatuh tempo. Sedangkan jika dibandingkan dengan rata-rata
industri curent ratio dan cash ratio perusahaan pada tahun 2013 berada di atas
rata-rata industrinya yang berarti kondisi perusahaan dalam keadaaan likuid
dibandingkan perusahaan lain sejenisnya. Pada tahun 2014 nilai curent ratio
perusahaan berada di atas rata-rata sehingga perusahaan berada dalam kondisi
yang likuid untuk membayar utang-utang jangka pendeknya dengan aset lancarnya
namun nilai cash ratio berada di bawah rata-rata industri yang berarti
perusahaan masih kurang likuid untuk membayar utang jangka pendeknya
menggunakan kas dan setara kas yang tersedia.
2.
Kinerja keuangan PT ADMF pada
periode tahun 2013 dan 2014 dilihat dari rasio solvabilitasnya mengalami
penurunan dikarenakan nilai debt ratio dan debt to equity ratio yang mengalami
peningkatan, hal ini berarti aktiva perusahaan pada tahun 2014 dibiayai oleh
utang lebih besar daripada di tahun 2013 dengan kata lain perusahaan mempunyai
risiko kegagalan yang lebih tinggi untuk mengembalikan pinjaman kepada pihak
kreditur apabila perusahaan dilikuidasi. Sedangkan jika dibandingkan rata-rata
industri pada tahun 2013 dan 2014 perusahaan juga mengalami penurunan karena
nilai debt ratio dan debt to equity ratio berada di atas rata-rata industri
sejenisnya yang berarti mempunyai risiko kegagalan lebih tinggi untuk
pengembalian pinjaman dibandingkan perusahaan sejenis lainnya.
3.
Kinerja keuangan PT ADMF pada
periode tahun 2013 dan 2014 dilihat dari rasio aktivitasnya mengalami
peningkatan dikarenakan nilai RTO dan TATO yang mengalami kenaikan, hal ini
berarti perusahaan mengalami peningkatan efektivitas pada pengelolaan aset yang
dimilikinya. Sedangkan jika dibandingkan dengan ratarata industri pada tahun
2013, nilai RTO berada di bawah rata-rata industri yang berarti penagihan
piutang yang dilakukan perusahaan dapat dianggap tidak berhasil, namun untuk
nilai TATO perusahaan berada di atas rata-rata industri yang berarti perusahaan
sudah mampu memaksimalkan asetnya untuk menghasilkan penjualan . Pada tahun
2014 perusahaan juga mengalami kondisi yang sama dengan tahun 2013, dimana
nilai RTO berada dibawah rata-rata industri dan nilai TATO berada di atas
rata-rata industrinya.
4.
Kinerja keuangan PT ADMF pada
periode tahun 2013 dan 2014 dilihat dari rasio profitabilitasnya mengalami
penurunan dikarenakan nilai ROA dan ROE yang menurun, hal ini berarti
efektivitas perusahaan menurun untuk menghasilkan keuntungan. Sedangkan jika
dibandingkan rata-rata industri pada tahun 2013, nilai ROA dan ROE berada di
atas rata-rata industri yang menunjukkan efisiensi perusahaan yang baik
dibandingkan perusaaan lain sejenisnya. Pada tahun 2014 nilai ROA berada
dibawah rata-rata industri yang berarti perusahaan mempunyai tingkat
pengembalian yang rendah atas nilai yang diinvestasikan dalam aset guna memperoleh
laba, namun untuk nilai ROE berada di atas rata-rata industri yang menunjukkan
kemampuan perusahaan yang baik dalam memaksimalkan modalnya untuk dijadikan
laba bersih dibandingkan perusahaan lain sejenisnya.
5.
Kinerja keuangan PT ADMF diukur
dengan menggunakan analisis Du Pont periode tahun 2013 dan 2014 mengalami
penurunan. Pada tahun 2014 ROE mengalami penurunan sebesar 34,91% dibandingkan
tahun sebelumnya yang disebabkan karena turunnya margin laba bersih. Penurunan
margin laba bersih dipengaruhi oleh penurunan laba bersih yang tinggi pada
periode ini, hal ini menunjukkan bahwa walaupun penjualan mengalami
peningkatan, namun peningkatannya tidak sebanding dengan peningkatan total
bebannya. Beban yang terlalu besar yang tidak sebanding dengan penjualannya
menyebabkan penurunan pada ROE.
sumber : https://media.neliti.com/media/publications/97017-ID-analisis-kinerja-keuangan-pt-adira-dinam.pdf
0 komentar:
Posting Komentar